LAPORAN AKHIR PRATIKUM GENETIKA
GENETIKA MANUSIA DAN DERMATOGLIFI
KELOMPOK: VII A
ANGGOTA: 1. BAMBANG NURWANTO S. (1110422019)
2. NURUL OWANDA (1110422035)
3. SITI AISYAH (1110422041)
4. NANDA OKTAFIANA (1110422051)
5. WIDYA INDRA (1110423013)

LABORATORIUM GENETIKA DAN SITOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Genetika manusia menjelaskan tentang pewarisan sifat yang terjadi pada manusia. Mempelajari manusia ini berguna untuk menjawab pertanyaan tentang manusia secara alami, memahami penyakit, perkembangan penanggulangan pada penyakit tersebut dan memahami genetika kehidupan manusia. Setiap dengan manusia lain memiliki keunikan tersendiri.Tidak ada individu yang tepat sama antara satu dengan yang lain, meskipun kembar identik. Keturunan dari hasil perkawinan individu memiliki susunan gen yang berasal dari keduaorangtuanya. Kombinasi susunan gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas yang terjadi secara alami ataupun buatan.
Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungannya. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu disamping ditentukan oleh faktor genetiknya (genotip). Faktor lingkungan dapat berupa nutrisi yang mempengaruhi lingkungan, latihan fisik mengubah bentuk badan, berjemur dapat menggelapkan kulit. Bahkan kembar identik yang secara genetik sama, menampakkan perbedaan fenotip sebagai akibat dari pengalaman masing-masing (Freeman, 1960).
Menurut Campbell (2005), pewarisan sifat untuk manusia didasarkan pada model pewarisan yang mengikuti hukum Mendell. Mendell memperkirakan pewarisan sifat yang terjadi diakibatkan oleh gen. Gen yang berikatan dengan kromosom tubuh disebut autosom, dan yang berikatan dengan kelamin disebut gonosom. Pada manusia pewarisan sifat terjadi karena adanya utosom dominan dan autosom resesif.
Sidik jadi merupakan contoh yang tepat untuk mengetahui peranan poligen. Berdasarkan system galton, dapat dibedakan tiga tipe pola sidik jari yaitu bentuk lengkung atau arch, bentuk sosok atau loop, dan bentuk lingkaran atau worl. Klasifikasi pada sidik jari didasarkan pada banyaknya triradius yaitu darimana rigi-rigi menuju ke tiga arah dengan sudut kira-kira 1200. Bentuk sidik jari yang paling sederhana adalah lengkungan, karena tidak mempunyai triradius (Galton, 1892).
Sidik jari bersifat genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktorlingkungan pada trimester pertama kehamilan. Pembentukannya terjadi selamaembrio dan tidak pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara kebetulanakibat luka-luka, terbakar, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar(Elvayandri, 2002). Relevansi sidik jari dapat digunakan untukmengidentifikasi orang-orang dengan predisposisi genetik untukperkembangan penyakit tertentu. Karena sidik jari diturunkan secara genetikdan tidak dipengaruhi lingkungan eksternal setelah lahir seperti geografi,ekonomi, dan lain-lain, sidik jari memiliki ciri yang paling bermanfaat untukmenentukan hubungan mendasar dalam kehidupan.Sejumlah gen yang ditemukan pada sindrom kelainan kromosom,ternyata juga ditemukan keabnormalan pada pola sidik jari/ dermatoglifinya(Fuller, 1973).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui relavansi sidik jari seperti penelitian yang dilakukan oleh Lena Rosida danRosalina dari Universitas Lambung Mangkurat Banjar Baru terhadap penderitasindrom Down didapatkan gambaran dermatoglifi yang khas seperti memilikipola triradius digital, hipothenar, dan pola loop telapak tangan, tetapi tidakmemiliki pola thenar. Penelitian yang telah dilakukan ini sesuai denganpenelitian yang dilakukan oleh Rafiah (1980), Suryadi (1993), dan Rosida(2005). Menurut penelitian yang telah dilakukan di New Delhi tahun 2007dikatakan bahwa pola dermatoglifi pada pasien kanker payudara memilikibeberapa ciri khas yang berbeda dengan pasien normal, seperti terdapatnya 6atau lebih pola melingkar (whorl) di sidik jarinya, juga ditemukan pola whorlmeningkat di jari telunjuk tangan kanan dan jari kelingking tangan kanandibandingkan kontrol.
Dermatoglifi merupakan gambaran tentang sulur dan alur pada ujung jari dan telapak tangan serta ujung jari telapak kaki. Gambaran yang unik ini dapat membantu proses identifikasi. Dermatoglifi diyakini memiliki linkage dengan beberapa penyakit. Menurut analisa statistic, tidak terdapat perbedaan dermatoglifi ujung jari tangan yang nyata diantara system golongan darah ABO dalam hal tipe pola jumlah sulur (Triana, 2003).
Karena itu perlulah sebuah pembelajaran mengenai genetika manusia dan dermatoglifi, mengingat peranannya yang memudahkan identifikasi dan sebagai informasi ilmiah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengenal dan mengidentifikasi pola-pola sidik jari serta penghitungan jumlah sulur pada populasi manusia.
2. Untuk melatih keterampilan dalam mengumpulkan data populasi dan menentukan frekuensi alel dalam populasi serta menganalisisnya secara genetik.
3. Untuk mengidentifikasi berbagai karakter fisik manusia dan sifat pewarisannya dan menganalisisnya secara statistik sesuai konsep genetika.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Lewis (2001), manusia dapat dikelompokkan berdasarkan sifat fisik, budaya, maupun bahasa. Ciri-ciri jasmania (fenotip) seperti bentuk hidung, warna kulit, mata, rambut, golongan darah, dan sebagainya dipergunakan untuk mengelompokkan manusia kedalam ras-ras. Pada hereditas manusia akan ditemukan banyak variasi kualitatif hereditas manusia yang bisa dijelaskan dengan pewarisan multiple gen.
Genetika menusia menjelaskan tentang pewarisan sifat yang terjadi pada manusia. Mempelajari manusia ini berguna untuk menjawab pertanyaan tentang manusia secara alami, memahami penyakit, perkembangan penanggulangan pada penyakit tersebut dan memahami genetika kehidupan manusia (Suryo, 2001).
Menurut Suwiryo (1998), pewarisan sifat pada manusia didasarkan pada pewarisan sifat Gregor Mendell. Mendell memprediksi bahwa pewarisan sifat yang terjadi disebabkan oleh suatu unit, yang dikennal dengan gen. Adapun gen yang berikatan dengan kromosom tubuh disebut autosom, dan yang berikatan dengan kelamin disebut gonosom. Gen dominan biasanya memperlihatkan suatu pengaruh pada individu, baik itu laki-laki maupun perempuan. Apabila dalam keadaan homozigot resesif, pengaruh dominan itu tidak akan menempatkan atau memprediksikan dirinya dalam fenotip. Hal ini didominasi gen-gen dominan dari jenis kelamin individu.
Pada manusia ada terjadi pewarisan yang diakibatkan oleh autosom dominan dan autosom resesif. Pada autosom dominan, jika satu orang tua saja memilikinya, maka hal ini cukup untuk menyebabkan sifat-sifat ini mucul pada generasi berikutnya. Autosom resesif biasanya merupakan pola pewarisan untuk penyakit yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karena memerlukan dua copian sifat untuk menampilkan ciri sifat tersebut, maka banyak yang menjadi pembawa sifat (carier) dari pada penderita (Campbell, 2005).
Menurut Suryo (2001), variasi-variasi pada manusia antara lain: telinga, cuping telinga bebas/lepas, tidak bebas/tidak lepas. Kondisi ini diwariskan sebagai gen dominan autosomal dengan suatu cara penetrasi yang tidak lengkap dan ekspresi (pemunculan) yang bermacam-macam.
Tulang hidung yang cembung memperlihatkan karakter yang dominan daripada tulang hidung yang lurus atau cekung. Mulut, bibir membentuk lubang saluran pada mulut sangat menentukan bagaimana wajah seseorang. Bibir akan dibentuk selama dua bulan proses perkembangan dimana proses ini membentuk bibir atas secara normal Perubahan yang signifikan pada variasi yang berkelanjutan, warna rambut memperlihatkan bahwa karakter ini dipengaruhi oleh multiple gen. Anak yang dihasilkan dari perkawinan antara ras rambut gelap dengan ras rambut pirang akan dihasilkan anak yang berambut gelap tipikal. Hal ini mengindikasikan secara keseluruhan di dominasi oleh gen untuk rambut gelap dari pada rambut terang. Pada populasi yang bercampur, seperti disekitar kita, anak dari orang tua yang sangat ekstrim berlawanan sering berwarna ditengah dua warna yang berlawanan tersebut, karena orang tua yang berambut gelap heterozigot pada sejumlah gen. bentuk rambut tergantung pada bentuk dalam pindah silang. Rambut keriting, berombak dan keribo, menunjukkan derajat progresif (Lewis, 2001).
Selain mengidentifikasi berbagai karakter fisik manusia dan sifat pewarisannya, untuk membedakan karakter manusia dilakukan dengan mengidentifikasi pola-pola sidik jari dikenal dengan istilah dermatoglifi. Dermatoglifi merupakan konfigurasi guratan-guratan di ujung jari manusia(Graham dan Brown, 2005). Menurut Francis Galton (1822-1916) tidak ada sidik jari yang identik di dunia ini sekalipun di antara dua saudara kembar. Jika ada 5 juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan terjadi lagi 300 tahun kemudian. Sistem sidik jari yang dipakai sekarang berasal dari Sir Richard Edward Henry, seorang asisten magistrate kolektor di Barat Daya India. Henry dilahirkan pada 26 Juli 1850 di Shadwell, Wapping, London, Inggris. Sistem Henry berasal dari pola ridge (sulur/ garis-garis paralel) yang terpusat pada pola jari tangan, jari kaki, khususnya telunjuk. Pola ridge ini dibentuk selama embrio dan tidak pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara kebetulan akibat lukaluka, terbakar, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar (Saha et al., 2003).
Sidik jari telah terbukti cukup akurat, aman, mudah dan nyaman untukdipakai sebagai identifikasi karena sifat yang dimiliki sidik jari antara lain :
a. Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit manusia seumur hidup.
b. Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak pernah berubah kecuali mendapatkan kecelakaan yang serius.
c. Individuality, pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang.
(Elvayandri, 2002).
Pola ridge pada permukaan volar terbentuk dari orifisium kelenjar keringatyang berukuran rata-rata 1 milimeter. Sidik jari tampak pertama pada minggu ke-14 kehamilan dan berkembang ketika bulan ketiga kehamilan. Lingkungan fetusterbukti berpengaruh pada pola sidik jari (Okajima, 1975). Hal itu terbukti dengan adanya perbedaan pola sidik jari tangan kanan dan tangan kiri dan pada orang kembar hanya ada sedikit perbedaan. Modifikasi lingkungan fetal dapat diinduksi substansi-substansi teratogenik. Walaupun ketika dilihat secara mendetail pola sidik jari manusia satu berbeda dengan yang lain namun pola skala besarnya memiliki beberapa persamaan dan dapat diidentifikasi dengan mudah. Berdasarkan klasifikasi, pola sidik jari dapat dinyatakan secara umum ke dalam bentuk arch(garis melengkung), loop (garis melingkar), dan whorl (garis memutar). Beberapa keganjilan dan lipatan fleksi pada sidik jari ditemukan dalam berbagai sindrom klinik yang disebabkan karena abnormalitas genetik dan obat-obatan teratogenik (Naffah, 1977).

Gambar 1. Contoh Pola Dermatoglifi
Pola sidik jari (gambar 1) dapat diperiksa secara langsung dan cara untukmendapatkannya dengan mudah adalah dengan mencelupkan tangan ke dalam genangan tinta kemudian ditempelkan di atas kertas. Pola sidik jari terdiri dari baris-baris milimeter selebar setengah milimeter dari kelenjar keringat dan terbentuk pada awal kehidupan sekitar 10 minggu kehamilan. Pola yang kompleks ini terdiri atas dua pola utama yang disebut loop dan triradius. Loop dibentuk saatarah alur paralel membelok 180 derajat ketika masuk dan keluar pada sisi jari yang sama dan penamaannya sesuai dengan arahnya. Jika mengarah ke tulang radius dinamakan tipe radial, jika mengarah ke tulang ulna dinamakan tipe ulnar. Triradius merupakan titik pusat dari bentuk segitiga yang menyebar membentuk sulur-sulur di jari tangan dan kaki, serta di telapak tangan dan kaki. Pancaran inilah yang mempunyai arti klinis karena spesifik untuk tiap-tiap orang. Triradius di jari 2,3,4,5 dinamakan dengan abjad a,b,c,d. Triradius penting lainnya dinamakan t, terdapat di regio hipotenar yang juga mampunyai arti klinik. Mekanisme terbentuknya pola inibelum diketahui secara pasti (Penrose, 1968).
Triradius selalu ditemukan pada sisi radial dari ulnar loop dan sebaliknya.Dua loop yang saling berlawanan dapat membentuk whorl (garis memutar) yang variasinya dapat menjadi bentuk spiral, cincin konsentris (elips), loop yang saling bersambungan maupun membentuk celah dalam loop. Ada dua triradius yang berhubungan dengan whorl, satu di tiap-tiap sisi jari. Saat tidak ada pola yang tampak, bidang dari garis paralelnya tersebut disebut bidang terbuka. Jika ada garis yang menunjukkan kurvatura kecil, susunannya dapat membentuk arch. Jika konfigurasinya membentuk arch (garis melengkung) maka tidak ada pola triradius di sidik jarinya, tapi jika polanya tented arch maka pola triradiusnya ditemukan di bawah tent yang dibentuk oleh garis melingkar yang tegas (Naffah, 1977; Graham dan Brown, 2005).


Gambar 2. Jumlah Sulur Pada pola sidik jari Gambar3. Sudut ATD
Pada telapak tangan (gambar 2 dan 3) biasanya ditemukan 5 triradius, 4dari jari 2 sampai 5 yang disebut a,b,c,d atau triradius digital, dan satu dekat dengan aksis tulang metacarpal yang keempat yang paling sering pada bagian akhir proksimal dekat dengan pergelangan tangan, yang disebut triradius aksila atau t. Triradius digital memiliki dua pancaran yang saling menutupi dasar dari masingmasing jari dan satu pancaran proksimal berasal dari batas-batas telapak tangan. Garis ini disebut garis utama (A,B,C,D ) dan arahnya kadang-kadang memiliki arti secara klinis maupun antropologis yang signifikan. Untuk menunjukkan posisi dari jalan keluar garis utama, batas-batas telapak tangan dibagi menjadi 13 regio, dinomori 1 sampai dengan 13. Pola yang benar adalah jika loop dan whorl dapat ditemukan di tiap-tiap lima area telapak tangan antara lain hipothenar, thenar, area interdigital kedua, ketiga, dan keempat. Gambaran topografis dari pola itu ditambah dengan pengukurannya secara metrical berguna untuk investigasi secaraantropologis dan medis. Total jumlah sulur pada jari tangan atau TRC (Total RidgeCount) diperoleh dengan menghitung jumlah sulur masing-masing jari yang disilangi oleh garis lurus yang ditarik dari triradius ke pusat atau inti pola yang berdekatan kemudian menghitung totalnya untuk 10 jari. Whorl ada dua, yang terbesar yang dicatat. Pattern Intensity Index (PII) jari diperoleh dengan menghitung total triradius dari sepuluh jari. PII telapak tangan dipastikan dengan menghitung jumlah loop
pada 5 area telapak tangan. Whorl dianggap sebagai 2 loop (Naffah, 1977).
Sudut ATD merupakan sudut yang dibentuk antara garis yang ditarik dari triradius A ketriradius T dengan garis yang ditarik dari triradius T ke triradius D. Apabila didapati ada lebih darisatu triradius T, maka yang digunakan adalah yang letaknya paling proksimal (dekat dengankepala).Besarnya sudut ATD memberi pengaruh terhadap karakter seseorang. Sudut ATD< 30 derajat sering ditemukan pada penderita keterbelakangan mental (IQ<70). Sudut ATD < 40 derajat memiliki karakter pembelajar efektif. Sudut ATD antara 30 dan 40 sering ditemukan pada orang cerdas (IQ > 120). Sudut ATD antara 40 dan 44 derajat memiliki karakter pembelajar normal.Sudut AtD antara 40 dan 55 adalah normal. Sudut ATD > 44 derajat memiliki karakter pembelajar afektif. Sudut ATD > 55 derajatsering ditemukan pada penderita keterbelakangan mental (IQ <70). Sudut ATD > 60 derajat memiliki karakter penderita sindrom Down (trisomi 21 dan gangguan trisomi lainnya)(Elvayandri, 2002).
Distribusi dermatoglifi berbeda oleh jenis kelamin maupun ras. Priamemiliki lebih banyak pola whorl daripada wanita dan wanita memiliki pola archyang lebih sederhana dari pria (Jones, 1993). Pola guratan-guratan sidik jari tidak hanya bermanfaat untuk identifikasi tetapi juga bisa bermanfaat untuk menemukan adanya abnormalitas dermatoglifi yang khas yang seringkali berhubungan dengan banyak kelainan kromosom (Graham dan Brown, 2005).
Sifat yang diwariskan pada manusia selain terpaut kromosom tubuh juga terpaut Pada kromosom kelamin (x dan y). Pada pewarisan gen resesif terpaut kromosom x, insiden penyakit lebih tinggi pada pria daripada wanita. Hal tersebut terjadi karena wanita memiliki dua kromosom x, sehingga bila salah satu kromosom x terpaut gen resesif (abnormal), maka kromosom x normal dapat menutupi efek dari kromosom abnormal. Contoh penyakit yang disebabkan oleh kelamin gen resesif terpaut kromosom yaitu buta warna, hemophilia, dan anadontia (Suryo, 2001).
Menurut Goodenough (1988), daktiloskopi yang berasal dari dua suku kata dalam bahasa Yunani yaitu dactilos yang berarti jari-jemari atau garis jari dan scopern yang artinya mengamati atau meneliti. Selanjutnya dari pengertian itu muncul istilah dalam bahasa inggris yang dikenal dengan ilmu sidik jari. Kedua ilmu ini ditetapkan pada objek yang sama garis papil, tetapi tujuan daktiloskopi tersebut lebih dititik beratkan untuk kebutuhan personal identifikasi. Daktiloskopi berarti mengamati sidik jari Khususnya garis yang terdapat pada ruas ujung jari baik tangan maupun kaki. Jadi, daktiloskopi merupakan ilmu yang mempelajari sidik jari untuk kebutuhan pengenalan kembali ataupun proses pengidentifikasian orang.
Dermatoglifi atau sidik jari merupakan ciri khas seseorang yang tidak berubah sejak lahir dan tidak dipengaruhi faktor lain seperti mutasi, gen, geografis, dan lain-lain. Antara seseorang dengan orang lain tidak pernah mempunyai struktur jari yang sama, pada penyakit yang disebabkan kromosom. Masing-masing pola sidik jari manusia memiliki ciri yang berbeda-beda (Burns, 1984).
Ada tiga pola dasar pada sidik jari yaitu arch, loop, dan whorl. Ada juga klasifikasi lebih kompleks antara lain arch dibagi dua yaitu tentet dan plain. Loop juga dibagi dua, loop urnal dan loop radial. Sedangkan whorl terbagi menjadi whorl polos, double whorl dan lain-lain. Pola sidik jari ini terbentuknya pada awal perkrmbangan embrio umur 18 minggu masa kehamilan, bentuk dan karakteristiknya akan tetap sampai orang tersebut meninggal (Galton, 1982).
Menurut Levine, 1980 dermatoglifi dapat digunakansebagai alat bantu diagnosis beberapa penyakityang diturunkan secara herediter (Gelehrter, 1998). Penderita sindrom Down memiliki gambaran dermatoglifi yang khas dan berbeda dari orang normal sehingga dapat digunakan untuk membantu diagnosis (Rafi’ah, 1983).
Sindrom Down disebabkan karena adanya tiga kromosom nomor 21 di dalam sel tubuh penderita yang terjadi akibat peristiwa gagal berpisah (non disjunction) kromosom21 pada saat terjadi pembelahan sel atau pembentukan sel kelamin (Listiawan, 2004). Diagnosa Sindrom Down ditegakkan dari ciri-ciri secara klinisdan pemeriksaan sitogenetik. Selain itu, pemeriksaan dermatoglifi juga dapat membantu diagnosis .
III. PELAKSANAAN PRATIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum Genetika Manusia dan Dermatoglifi ini dilaksanakan pada hari Senin 16 September 2013 di Laboratorium Teaching 4 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah timbangan, meteran, busur, bantalan stempel dan tinta stensil. Sedangkan bahan yang digunakan adalah praktikan sendiri yang dijadikan sebagai objek, kartu rekam sidik jari dan data sheet genetika manusia.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Genetika manusia
Dilakukan pengamatan kepada 30 responden dari jurusan Sosiologi angkatan 2013 dan seluruh praktikan dengan melakukan pengamatan seperti jenis kelamin, suku, umur, berat badan, tinggi, bentuk lidah, telinga, lesung pipi ada atau tidak, pusar kepala searah atau berlawanan arah jarum jam, bentuk kening kepala, rambut pada ruas jari tangan ada atau tidak dan bentuk dagu membelah atau lurus. Setelah itu data tersebut dicatat pada tabel data yang telah dibuat sebelumnya, lalu data tersebut dibandingakan dan dilakuakan penghitungan frekuensi gen berdasarkkan hukum Hardy-Weinberg.
3.3.2 Dermatoglifi
Dibuat sidik jari tangan kanan dan tangan kiri dengan cara menekan jari pada bantalan tinta, lalu ditempelkan pada kertas, kemudian dibuat sudut ATD dengan menekan telapak tangan pada bantalan dan ditempelkan pada kertas. Kemudian untuk sudut jari tentukan pola sidik jari, jumlah sulur, jumlah triradius, sedangkan untuk sudut ATD, tentukan sudut ATD yang dibentuk oleh triradius pada telapak tangan. Titik A pada triradius dibawah jari telunjuk, titik T triradius dibawah pergelangan tangan dan titik D triradius dibawah jari kelingking. Sudut ATD merupakan sudut yang dibentuk antara garis yang ditarik dari triradius A ke triradius T dengan garis yang ditarik dari triradius T ke triradius D
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pratikum yang talah dilaksanakan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
4.1 Genetika Manusia
Tabel 1. Hasil Genetika Mahasiswa sosiologi
NO
|
Karakter
|
Dominan
|
∑
|
p
|
Resesif
|
∑
|
q
|
1
|
Lidah Melipat
|
Tidak bisa
|
8
|
0,27
|
Bisa melipat
|
22
|
0,73
|
2
|
Lidah menggulung
|
Bisa
|
22
|
0,73
|
Tidak bisa
|
8
|
0,27
|
3
|
Telinga
|
Lepas
|
16
|
0,53
|
Lengket
|
14
|
0,47
|
4
|
Lesung pipi
|
Tidak ada
|
21
|
0,7
|
Ada
|
9
|
0,3
|
5
|
Pusar kepala
|
Searah jarum jam
|
27
|
0,9
|
Berlawanan jarum jam
|
3
|
0,1
|
6
|
Kening kepala
|
Lurus
|
17
|
0,57
|
Widow peak
|
13
|
0,43
|
7
|
Ibu jari
|
Tidak bisa melekuk
|
22
|
0,73
|
Melekuk
|
8
|
0,27
|
8
|
Rambut
|
Lurus
|
22
|
0,73
|
Keritng
|
8
|
0,27
|
9
|
Rambut pada ibu jari
|
Ada
|
26
|
0,87
|
Tidak ada
|
4
|
0,13
|
10
|
Bentuk dagu
|
Lurus
|
25
|
0,83
|
Membelah
|
5
|
0,17
|
p : Frekuensi gen dominan, q : Frekuensi gen resesif
Berdasarkan tabel diatas didapati hasil karakter genetika pada mahasiswa sosiologi 2013yang dominan adalah adanya rambut pada ruas ibu jari dengan jumlah yang memiliki ada 26 dari 30 orang mahasiswa dengan frequensi gen= 0,87. Sementara karakter resesif yang banyak dimiliki adalah lidah yang tidak bisa melipat dengan jumlah 22 dari 30 orang mahasiswa dengan frequensi gen = 0,73.
Menurut suryo (1997), tumbuhnya rambut yang tebal ditangan, lengan dan dada, merupakan sifat-sifat keturunan yang ditentukan oleh gen dominan. Daun telinga yang bebas dan bebtuk meruncing pada pangkal tumbuhnya rambut didahi (widow peak) juga ditentukan oleh gen dominan pada autosom. Sifat-sifat itu merupakan pewarisan sifat autosomal pada manusia, yang dimaksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini ada yang dominan danada yang resesif. Karena, laki-laki dan perempuan memiliki autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen-gen autosomal dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan.
Gen dominan adalah sifat yang muncul pada keturunan atau gen yang dapat mengalahkan sifat pasangannya. Resesif adalah sifat yang tidak muncul pada keturunannya yaitu dalam suatu perkawinan sifat dapat dikalahkan atau ditutupi oleh sifat pasangannya. Gen resesif adalah gen yang dikalahkan atau ditutupi oleh gen lain yang merupakan pasangan alelnya (Suryo, 1997).
Tabel 2. Karakter genetika pada populasi kelompok VII A
NO
|
Karakter
|
Dominan
|
∑
|
p
|
Resesif
|
∑
|
q
|
1
|
Lidah
|
Melipat
|
3
|
0,6
|
Tidak Bisa
|
2
|
0,4
|
2
|
Lidah menggulung
|
Bisa
|
3
|
0,6
|
Tidak bias
|
2
|
0,4
|
3
|
Telinga
|
Lengket
|
3
|
0,6
|
Bebas
|
2
|
0,4
|
4
|
Lesung pipi
|
Ada
|
2
|
0,4
|
Tidak ada
|
3
|
0,6
|
5
|
Pusar kepala
|
Searah jarum jam
|
5
|
1
|
Berlawanan jarum jam
|
0
|
0
|
6
|
Kening kepala
|
Lurus
|
5
|
1
|
Widow peak
|
0
|
0
|
7
|
Ibu jari
|
Tidak bisa melekuk
|
5
|
1
|
Melekuk
|
0
|
0
|
8
|
Rambut
|
Lurus
|
3
|
0,6
|
Keriting
|
2
|
0,4
|
9
|
Rambut pada ibu jari
|
Ada
|
3
|
0,6
|
Tidak ada
|
2
|
0,4
|
10
|
Bentuk dagu
|
Lurus
|
3
|
0,6
|
Membelah
|
2
|
0,4
|
p : Frekuensi gen dominan, q : Frekuensi gen resesif
Berdasarkan tabel diatas didapati bahwa karakter dominan yang paling banyak dimiliki oleh anggota kelompok VII A adalah karakter pusar kepala yang searah jarum jam, kening kepala lurus, dan ibu jari yang tidak bisa melekuk. Dimana, semua anggota kelompok VII A memiliki ketiga karakter dominan tersebut yang masing-masingnya memiliki frequensi gen = 1. Sementara karakter resesif yang paling banyak dimiliki kelompok VII A adalah tidak adanya lesung pipi dengan frequensi gen = 0,6.
Berdasarkan Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi gen dan genotip dalam suatu populasi akan berada pada keadaan yang tetap atau konstan (sama) dari generasi ke generasi apabila memenuhi syarat sebagai berikut: genotip-genotip yang ada memiliki viabilitas (kemampuan hidup) dan fertilitas (kesuburan) yang sama,perkawinan antara genotip terjadi secara acak (random), tidak ada mutasi dari gen satu ke gen yang lain atau sebaliknya, populasi harus cukup besar, tidak terjadi migrasi antar populasi dan tidak terjadi seleksi alam. Apabila frekuensi gen yang satu dinyatakan dengan symbol p dan alelnya dengan symbol q, maka secara matematika hukum tersebut dinyatakan sebagai berikut: p + q = 1 atau sama dengan 100% (Suryo, 1997).
Menurut suryo (1997), lesung pipi, dagu berlekuk/membelah, tumbuhnya rambut yang tebal ditangan, lengan dan dada, serta berkemampuan untuk membengkukkan ibu jari dengan sudut yang tajam merupakan sifat-sifat keturunan yang ditentukan oleh gen dominan. Daun telinga yang bebas dan bebtuk meruncing pada pangkal tumbuhnya rambut didahi (widow peak) juga ditentukan oleh gen dominan pada autosom.
4.2 Dermatoglifi
Tabel 3. Daftar sidik jari kelompok VII A
No
|
Nama
|
Pola sidik jari
|
Tri radius
|
Sulur
|
ATD
| |||
W
|
LU
|
LR
|
A
|
L R
| ||||
1
|
Bambang
|
3
|
2
|
4
|
-
|
12
|
118
|
400 360
|
2
|
Nurul
|
-
|
10
|
-
|
-
|
10
|
111
|
340 340
|
3
|
Nanda
|
-
|
8
|
-
|
2
|
10
|
78
|
400 400
|
4
|
Siti
|
7
|
1
|
2
|
-
|
10
|
79
|
320 340
|
Ket: W=whorl, LU=loop urnal, LR=loop radial, A=arch,
L= left(kiri) dan R= right(kanan)
Dari pratikum yang telah dilaksanakan maka didapati bahwa setiap pratikan memiliki pola sidik jari yang berbeda-beda. Pola loop urnal merupakan pola yang dominan terdapat pada kelompok VII A yaitu = 21. Untuk whorl berjumlah 10. Loop radial berjumlah 6 buah. Sementara pola arch hanya terdapat 2 buah.
Pola loop mempunyai satu triradius, pola whorl mempunyai lebih dari satu triradius sedang pola arch tidak memiliki triradius. Frekuensi pola – pola tersebut diatas berbeda untuk setiap bangsa, juga berbeda untuk laki-laki dan wanita. Pada populasi orang kulit putih dan kulit hitam banyak dijumpai yang memiliki pola loops. Sedang pola whorl banyak dijumpai pada populasi bangsa Mongoloid, populasi penduduk asli Australia, dan populasi bangsa Melanesia di Pasifik. Pola arch dijumpai paling sedikit ditemukan untuk semua populasi bangsa, biasanya jumlahnya kurang dari 10 %. Hanya pada populasi Bushman ( bangsa negroit yang hidup di Afrika Selatan ) pola arch dijumpai lebih dari 10%. Dalam populasi rata-rata pola arch dijumpai 5%, pola loop 65 – 70 % dan pola whorl 25 – 30 % (Suryo, 2001).
Dari hasil identifikasi sidik jari maka terdapat beberapa pola sidik jari, yaitu pola loop, yaitu: Dalam pola loop terdapat satu delta pada alur kulit dan mengalir dari kanan kembali kekanan. Pola whorl, yaitu terdapat dua delta dengan alur melingkar menuju pusat. Pola double loop, yaitu mempunyai dua loop dimana satu alur kulit mengalir kekiri dan satu alur kulit yang satunya mengalir kekanan sehingga terdapat dua delta. Kemudian, pola arch dan tented arch, pola arch tidak memiliki pusat sidik jari dan sangat jarang dimiliki oleh manusia. Pola tented arch juga tidak mempunyai pusat sidik jari, adanya garis keatas ditengahnya seperti tenda (Winchester, 1998).
Untuk jumlah sulur, pada pengamatan ini didapati sulur yang ada pada pratikan berkisar antara 78-118. Jumlah sulur atau rigi-rigi jari tangan berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Jumlah rigi dihitung mulai dari tri radius sampai kepusat dari pola sulur jari. Tri radius yaitu titik-titik dari mana rigi-rigi menuju ketiga arah dengan sudut kira-kira 120o, pola arch tidak memiliki trradius sehingga perhitungan rigi tidak dilakukan. Jika ada dua atau lebih tri radius maka yang diambil adalah hasil perhitungan sulur terbanyak.Untuk mendapatkan jumlah perhitungan rigi maka rigi dari semua jari dijumlahkan, hal ini disebut dengan Total finger ridge count. Pada perempuan jumlah rigi rata-rata 127 sedangkan pada laki-laki 144 (Suryo, 2001).
Menurut Penrose (1971), jumlah sulur total pada jenis kelamin laki-lakilebih banyak dari perempuan. Pada pratikum ini, jumlah sulur total laki-laki lebih banyak dari perempuan.Mungkin hal ini dikarenakan distribusi jenis kelamin pada responden normal yang tidak merata antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Sudut ATD antara masing-masing praktikan berbedaantara tangan kanan dan tangan kiri. Sudut ATD yang dimiliki oleh kelompok VII A berkisar antara 22o-40o. Besarnya sudut ATD memberi pengaruh terhadap karakter seseorang. Sudut ATD< 30 derajat sering ditemukan pada penderita keterbelakangan mental (IQ<70). Sudut ATD < 40 derajat memiliki karakter pembelajar efektif. Sudut ATD antara 30 dan 40 sering ditemukan pada orang cerdas (IQ > 120). Sudut ATD antara 40 dan 44 derajat memiliki karakter pembelajar normal.Sudut AtD antara 40 dan 55 adalah normal. Sudut ATD > 44 derajat memiliki karakter pembelajar afektif. Sudut ATD > 55 derajatsering ditemukan pada penderita keterbelakangan mental (IQ <70). Sudut AtD > 60 derajat memiliki karakter penderita sindrom Down (trisomi 21 dan gangguan trisomi lainnya)(Elvayandri, 2002).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang telah didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakter genetika pada mahasiswa sosiologi 2013 yang dominan adalah adanya rambut pada ruas ibu jari dengan jumlah yang memiliki ada 26 dari 30 orang mahasiswa dengan frequensi gen = 0,87. Sementara karakter resesif yang banyak dimiliki adalah lidah yang tidak bisa melipat dengan jumlah 22 dari 30 orang mahasiswa dengan frequensi gen = 0,73.
2. Karakter dominan yang paling banyak dimiliki oleh anggota kelompok VII A adalah karakter pusar kepala yang searah jarum jam, kening kepala lurus, dan ibu jari yang tidak bisa melekuk. Dimana, semua anggota kelompok VII A memiliki ketiga karakter dominan tersebut yang masing-masingnya memiliki frequensi gen = 1. Sementara karakter resesif yang paling banyak dimiliki kelompok VII A adalah tidak adanya lesung pipi dengan frequensi gen = 0,6.
3. Untuk jumlah sulur, pada pengamatan ini didapati sulur yang ada pada pratikan berkisar antara 78-118. Jumlah sulur atau rigi-rigi jari tangan berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Sementara untuk sudut ATD antara masing-masing praktikan berbedaantara tangan kanan dan tangan kiri. Sudut ATD yang dimiliki oleh kelompok VII A berkisar antara 22o-40o.
5.2 Saran
Untuk pratikan disarankan agar lebih teliti dan cermat dalam melaksanakan pratikum terutama ketika mengidentifikasi sidik jari dan menghitung jumlah sulurnya.
DAFTAR PUSTAKA
Burns, G.W. 1984. The science of Genetics. MacMillan Publishing: New York
Campbell, A. 2005. Biologi. Erlangga: Jakarta
Elvayandri. 2002. Sistem Keamanan Akses Menggunakan Pola Sidik Jari Berbasis Jaringan Saraf Tiruan. http://eva@itb.ac.id (Februari 2009)
Freeman and Company. 1960. Principles of Human Genetics. San Fransisco.
Galton, 1982.Fingerprint. MacMillan and Co: London
Gelehrter TD, Collins FS, and Ginsburg D. Principles of Medical Genetics, 2nd Ed. USA: Williams& Willkins, 1998; 170-73,
Goodenough, H. 1988. Genetika. Erlangga: Jakarta
Graham R dan Brown B.T. 2005. Lecture Notes Dermatology. Ed VIII.Jakarta : Erlangga Medical Series, pp : 1-9.
Jones dan Christopher. 1993. Fingerprint Patterns Probably Inherited. Osney, Oxford OX2 0BA : Cheirological Society.
Lewis, 2001. Human Genetic conceps and aplications. The University of Albouny Forefer Medica Group: New York
Listiawan MIgn JPI. Mengapa dan Bagaimanaterjadinya Kelainan Bawaan? Maj Kedokt AtmaJaya 2004; 3(2) : 83-90
Naffah J. 1977. Dermatoglyphic analysis : anthropological and medical aspects. Bulletin of The New York Academy ofMedicine
Okajima. 1975. Journals of Medical Genetics Development of Dermal Ridge in The Fetus.
Penrose L.S. 1968. Medical significance in fingerprints and related phenomena. British Medical Journal, pp: 321-5.
Penrose L.S. 1971. Finger-prints, palms, and chromosome. In : Levine (ed). Papers of Genetics, A Book of Reading. St Louis : The CV Mosby Comp, pp: 208-9.
Rafi’ah RtSt, Satmoko, Suryadi R., Ramelan W., Yusuf, Yuniar, LutfiahSN, Tajuddin MK, dan Syahrum MH. 1980. Pola TRC dan TTCjari-jari kelompok khusus sarjana dan kelompok umum.Majalah Kedokteran Indonesia. 8 : 198-201.
Rafi’ah,Rt, St. Peranan Dermatoglifi Dalam Genetika Kedokteran. Simposium Genetika KedokteranNasional I, 1983: 175-77.
Rosida L., Panghiyangani R., dan Kartika Y. 2005. Gambaran sidik jaritangan suku dayak meratus di desa haruyan kecamatanhantakan kalimantan selatan. Naskah Lengkap PIN dan KonasPAAI Yogyakarta.
Saha S., Loesch D., Chant D., Welham J., El-Saadi O.,Fananas L.,Mowry B., McGrath J. 2003. Directional and fluctuatingasymmetry in finger and a-b ridge counts in psychosis : a case control study. BMC Psychiatry
Suryadi R. 1993. Pola Sidik Jari Dan Jumlah Sulur Total Mahasiswa FKUI. Majalah Kedokteran Indonesia 343 (12): 751-54.
Suryo, 1997. Genetika Strata I. UGM Press: Yogyakarta
Suryo, 2001. Genetika Manusia. UGM Press: Yogyakarta
Suwiryo, 1998. Genetika. UGM Press: Yogyakarta
Triana, E. 2003. Dermatoglifi Ujung Jari Tangan Berdasarkan Sitem ABO. LIPI: Bogor
Winchester, 1998. Genetics 2nd Edition. The Flerside Press: UM
LAMPIRAN
Frequensi karakter dominan dan resesif Mahasiswa Sosiologi 2013:
Diketahui: ∑ = 30
Frekuensi gen
p : Frekuensi gen dominan

Jumlah total mahasiswa
q : Frekuensi gen resesif

Jumlah total mahasiswa
Rumus frekuensi gen Hardy-Weinberg:
p + q = 1
1.Lidah melipat
-Tidak bisa melipat p = 22/3= 0,73
-Bisa melipat q = 8/30 = 0,27
2.Lidah Menggulung
-Bisa menggulug p = 22/30 = 0,73
-Tidak menggukung q = 8/30 = 0,27
3.Telinga
- Lengket : p = 16/30 = 0,53
- Bebas : q = 14/30 = 0,47
4. Lesung pipi
- Tidak ada: p = 21/30 = 0,7
- Ada; q = 9/30 = 0,3
5. Pusar kepala
- Searah jarum jam p = 27/30 = 0,9
- Berlawanan q = 3/30 = 0,1
6. Bentuk kening kepala
- Lurus: p = 17/30 = 0,57
- Widow peak q = 13/30 = 0,43
7. Ibu jari
- Tidak melekuk: p = 22/30 = 0,73
- Melekuk q = 8/30 = 0,27
8. Rambut
- Lurus p: 22/30 = 0,73
- Keriting q: 8/30 = 0,27
9. Rambut pada ruas jari
- Ada : p= 26/30 = 0,87
- Tidak : q= 4/30 = 0,13
10. Bentuk dagu
- Lurus p: 25/30 = 0,83
- Membelah q: 5/30 = 0,17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar