Kamis, 20 Desember 2018

Gubernur Rasa Presiden

Gubernur Rasa Presiden
Oleh: Bambang Nurwanto S. (Guru SMP IT Al Kahfi, Pasbar)
 
Mencari Dosa Anis
Menarik, membaca tulisan dari bapak Tony Rosyid (Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa). Dalam tulisannya beliau memaparkan beberapa dosa dari pak Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta saat ini.  
Apa dosamu Anies? Itulah pertanyaan publik yang tak berhenti hingga hari ini. Kamera TV diawasi agar wajah Anies tak muncul. Demonstrasi dikirim setiap hari di Balaikota. Media menghindar saat Anies menerima tiga katagori penghargaan dari KPK. 40 Marbot masjid diumrohkan Ahok, media gempar. Anies memberangkatkan 267 marbot, tak ada kabar beritanya. Mau bangun GOR untuk Persija di BMW, anggaran dihadang di DPRD. Peristiwa dan drama ini adalah sebagian dari fakta yang bocor ke publik. Banyak peristiwa yang kabarnya hanya disimpan oleh Anies sendiri. Kenapa tidak dipublis? Anies seorang gubernur. Itu jabatan politik. Politisi mesti berani mengahadapi risiko politik. Anies seorang  pemimpin, Ibu Kota Jakarta lagi, pantang untuk mengeluh.

Sekali lagi, publik yang awam masih penasaran, apa dosamu Anies, sehingga harus menghadapi kekuatan-kekuatan yang terus menghambat untuk membangun prestasi Jakarta? Dalam salah satu wawancara TV swasta, Jaya Suprana mengungkap bahwa dosa Anies terbesar adalah karena ia menjadi gubernur DKI. Seandainya di Pilgub DKI Anies kalah, nasibnya tak seperti sekarang. Jaya Suprana jujur. Ini sebuah ungkapan yang otentik. Tapi, ini baru salah satu dosa Anies. Ada dosa lainnya?

Reklamasi disegel. Alexis ditutup. Proyek-proyek raksasa yang telah direncanakan tak dapat ruang untuk dilanjutkan. Semua berhenti, karena kesempatan ijin tak ada. Ini tentu adalah ancaman. Anies adalah sumber ancaman bagi proses kapitalisasi Jakarta. Inilah dosa besar Anies kedua. Masih ada satu dosa lagi, dan ini lebih besar. Apa itu?

Publik memberi identitas bahwa Anies adalah Gubernur rasa Presiden. Dari cara bicara, bersikap dan jaga wibawa, terutama di hadapan para pemimpin internasional, Anies menunjukkan kelasnya sebagai pemimpin kelas dunia. Sederhana cara mengukurnya. Bandingkan Anies dengan presiden yang ada. Akan kelihatan kelas Anies.

Yang dibutuhkan dari seorang pemimpin itu kerja, bukan bicara. Salah! Inilah yang selama ini meracuni pikiran rakyat. Kerja, kerja, kerja. Perlu diluruskan. Kerja itu penting. Bahkan sangat penting. Tapi bukan kerja yang asal kerja. Mesti kerja yang smart, terencana, dan terukur semua manfaat dan risikonya. Agar berhasil, kerja harus diawali dengan gagasan yang matang, konsep yang terukur, baru kerja bisa diwujudkan dengan baik. Soal ini, Anies telah membuktikannya. DP 0%, OK Oce dan transportasi terkoneksi adalah diantara hasil kerja yang terukur itu.
           Bagi Anies, seorang pemimpin harus satu kata dan perbuatan. Menunaikan janji-janji politik yang terukur dan dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Jelas keberpihakannya kepada rakyat yang layak mendapatkan pembelaaan. Dan Anies secara bertahap telah mulai membuktikannya. Inilah yang mungkin disebut Anies sebagai kerja berbasis gagasan dan narasi. Tak terlalu salah jika publik kemudian memberi julukan Anies sebagai Gubernur rasa Presiden. Julukan ini di satu sisi membanggakan bagi rakyat Indonesia. Jakarta sebagai ibu kota dan estalase Indonesia dipimpin oleh seorang gubernur sekelas presiden. Tapi disisi lain, secara politis, akan menjadi ancaman bagi pihak yang merasa terancam. Gubernur rasa Presiden adalah strata sosial-politik yang melahirkan persepsi adanya dua matahari kembar di negeri ini. Inilah yang jadi salah satu sumber kerisauan, sehingga terjadi berbagai tragedi yang seharusnya tak perlu terjadi.
           Anies adalah pemimpin potensial untuk Indonesia kedepan. Pohonnya terus tumbuh dan membesar. Akarnya makin kuat. Buahnya sudah mulai bisa dinikmati di negeri ini. Ada pihak yang tak ingin pohon itu terus berbuah. Mereka ingin memotong pohon itu. Caranya? Pertama, Jauhkan Anies dari media. Tekan sebisanya agar popularitas dan hasil kerja Anies tak tampak di mata publik. Sebaliknya, viralkan info yang berpotensi men-down grade nama Anies. Lakukan terus menerus _negatif dan black campign._ Kedua, hambat prestasinya. Ganjal usulan program dan anggaran Anies di DPRD. Ketiga, cari terus kesalahan dan dosanya.

Jika saat ini ada yang melaporkan _salam dua jari_ Anies ke Bawaslu, itu tak terlalu mengagetkan. Sebelumnya, Anies juga pernah dilaporkan soal "pribumi". Publik punya persepsi bahwa itu adalah bagian dari proses pencarian dosa Anies dan _negatif campign.
Kenapa pelapor tidak melaporkan sejumlah kepala daerah yang memberi dukungan secara vulgar kepada petahana? Kenapa juga tak melaporkan salah seorang bupati di Jawa Barat yang mengajak camat, lurah, RW dan RT untuk mengkampanyekan Paslon tertentu? Sekali lagi, karena mereka bukan ancaman. Sementara Anies? Dosanya dibutuhkan agar Gubernur rasa Presiden ini tidak lagi merisaukan pihak istana.

Selasa, 18 Desember 2018

Nazar Cinta

VIII. NAZAR CINTAKU UNTUK CIPTAAN-MU
.
.
.
Lama keduanya saling diam. Hingga akhirnya, Aisha memberanikan diri untuk berbicara. Meski lidahnya terbata, matanya sedikit berkaca memandang pria yang ada di hadapannya. Baru ini ia mau membuka cadar yang selama ini dipakainya di depan pria yang baru ia kenal.
.
.
A: Menunggu itu fitrah bukan?
.
B: Ya... mungkin bagimu, tapi aku tak ingin kau menungguku
.
A: Kenapa? Bukankah kau yg telah menghadirkan indah di hidupku dan aku telah pantaskan diriku untuk menunggumu...
.
B: Indah bukanlah ciptaanku, Allahlah yg menghadirkannya utkmu lewat aku. Aku tidak pantas kau tunggu. Karena Allah memerintahkanku utk segera menjemputmu.
.
A: Apakah kau berjanji akan menjemputku?
.
B: Tidak
.
A: Kenapa? Jgn mengingkari perintah Tuhanmu.
.
B: Itu bukan janjiku...
.
A: Kau tidak mencintaiku?
.
B: Laknat Allah akan menimpaku jika tak mensyukuri dan mencintai CiptaanNYa...
.
A: Lalu...
.
B: Itu bukan janjiku... Tapi itu NAZARKU.
.

Seketika waktu berlalu... Pria muda itu menutup matanya yg sendu.. Butiran lembut air mata cinta membening di pipi kiri dan kanannya... Matanya masih terpejam... Infusnyapun tak berjalan. Kini ia telah tenang dipelukan sang tuhan.
.
. "Kebahagiaan ini masih tertunda. Ternyata kitalah yang sama-sama menunggu. Jika kita tidak bertemu, aku yang kan merayu tuhanku untuk menghadirkanmu di syurga firdhaus"
Iyya kana'budu... waiyyakanasta'in... Allah Pelindungmu...
.
.
.
#VIII Nazar Cinta (Pesona Danau Cinta)
#pengagumcahaya

Kamis, 22 November 2018

Senjaku Diam-Puisi-puisi Pengagum Cahaya

bambangbns.blogspot.com
(SENJAKU DIAM)
*Bambang Nurwansa

Senja... Rasa itu masih sama
Jangan diam, tersenyumlah perlahan
Walau engkau kan hilang saat malam menjelang

Senja... Kejora kini kusayang
Cepatlah pulang... Jangan diam
Malam akan segera datang
Senja takkan pulang...
Ia ingin menjadi bintang yang kau sayang

Senja... Jangan diam... Cinta itu takkan hilang
Ia adalah cahaya disaat malam menjelang

Senja tak ingin diam... Senja bilang:
“Malam ini kejora tak datang...
Karena Allah menghadirkan cinta dalam bentuk hujan,
Bukan bintang”

Seindah Cahaya-Puisi-puisi Pengagum Cahaya

(SEINDAH CAHAYA)
*Bambang Nurwansa

Cahaya itu isyarat cinta
Hadir di senja pertama
Saat suara cinta memanggil mesra
Cahaya itu berharap senja
Menciptakan bahagia disaat adzan menyapa

Senyum itu ibadah rasa
Hadirkan ikhlas di dalam jiwa
Nikmat itu kekuatan hati
Yang harus disyukuri
Dalam setiap denyut nadi


Dan Hujan-Puisi-puisi Pengagum Cahaya

(DAN HUJAN)
*Bambang Nurwansa

Air terlepas dari pelukan sang awan
Bebas menghempas laut harapan
Hujan mengindahkan sebuah tujuan
Tuhan menghadirkan semangat kebahagiaan

Dan hujan...
Lihatlah bagaimana ia menciptakan kebahagiaan
Menjadikan bunga yang indah kembali bermekaran
Saat hujan..

Selasa, 20 November 2018

Temukanlah Indah Samudera Cinta Yang Esa

Terkadang hidup tidak seperti yang kita inginkan, namun jadilah seperti apa yang diinginkan oleh hidup...


Anak: Ayah, ajarkan aku jadi nelayan yang baik, bisa?

Ayah: Kenapa engkau bertanya seperti itu nak? Apakah selama ini kita bukan nelayan yang baik!!

Anak: Sepertinya belum yah, karena nelayan yang baik seharusnya juga mendapatkan ikan dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Nah sekarang kita belum mendapatkan yang seperti itu kan? Bahkan banyakpun ikan yang kita dapat namun belum banyak pembeli yang melirik ikan kita.

Ayah: Nak, semua butuh proses. Ikan di laut tidak bisa didapatkan begitu saja. Tidak mudah nak, tidak. Engkau pergi mengayuh perahumu dan berlayar menuju lautan luas. Jangankan ikan yang kau jelang. Pulangmu dengan senyuman saja sudah ayah nantikan. Jadi, bukan banyaknya ikan atau kualitas dari jenis apa yang kau dapat. Tapi lebih-lebih adalah niatmu untuk mencari ikan di lautan itu untuk apa serta caramu mendapatkan ikan itu bagaimana. Ingat nak, semua itu ada baik dan buruknya. Jika kau menganggap itu baik, maka baiklah dia. Jika kau menganggap itu buruk, maka buruklah dia.

Anak: ...... (Garuk-garuk kepala yang tidak gatal, cengengesan).

Ayah: Nak, ayah tahu setiap engkau melaut, ada saja ikan yang engkau lepaskan karena tidak tega melihat ika itu kan. Dan ada saja air mata yang jatuh dari kedua mata mungilmu ketika melihat ada ikan yang mati terjerat di jaring. Nak, itu sudah meyakinkan ayah bahwa engkau adalah nelayan yang baik. (Tersenyum, seraya mengelus kepala anaknya)

Anak: (dengan mata yang berbinar) ... Jadi, ayah tahu? Semua yang aku lakukan ketika di lautan??

Ayah: iya, aku kan AYAHMU...


"Jadilah engkau untuk sesabar-sabarnya, sekuat-kuatnya. Jadikanlah cinta kepada Allah jatuh pada titik ketaatan, melewati batas rasa dan suka. Mendahului datangnya cahaya. Jangan sampai karena seorang nelayan yg tidak baik sikapnya menjadikanmu benci pada semua nelayan. Sehingga menimbulkan kegundahan dan ketidak semangatan menjalani kehidupan. Ingat, nelayan yang baik akan mendapatkan ikan-ikan dengan jenis dan kualitas yang baik pula. Begitupun sebaliknya. Jalanmu masih panjang, impianmu masih terbentang. Sekaranglah giliranmu, lihatlah dunia dan kejar mimpi-mimpi besarmu."