Auksin sintetik seperti NAA dan
2,4-D biasanya lebih efektif daripada IAA
karena NAA dan 2,4-D tidak dirusak oleh
IAA oksidase atau enzim lain sehingga
dapat bertahan lebih lama dan lebih stabil,
sedangkan penggunaan BAP dan Kinetin
dalam percobaan kultur jaringan sering
digunakan karena lebih murah dan tahan
terhadap degradasi (Wattimena, 1988).
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode eksperimen
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
faktorial 3 x 3. Faktor pertama (N) adalah
NAA yang terdiri dari 3 taraf yaitu : 0
ppm, 0,2 ppm dan 0,4 ppm. K faktor kedua
adalah Kinetin yang terdiri dari 3 taraf
yaitu: 0 ppm, 3 ppm dan 4 ppm. Masing-
masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali
dengan 9 kombinasi perlakuan sehingga
didapat 36 unit percobaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Tumbuh
Tabel 1. Rerata Persentase Tumbuh Eksplan Buah Naga (Hylocereus costaricensis) dengan
Perlakuan NAA dan Kinetin
Kombinasi Perlakuan NAA dan Kinetin (ppm) Persentase Tumbuh (%)
Kontrol 100 a
N0 K3 100 a
N0 K4 50 b
N0,2 K0 87,5 a
N0,2 K3 87,5 a
N0,2 K4 100 a
N0,4 K0 100 a
N0,4 K3 100 a
N0,4 K4 100 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT
5%
Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa NAA dan Kinetin
berpengaruh nyata terhadap persentase
tumbuh eksplan buah Naga (Hylocereus
costaricensis). Berdasarkan data pada
Tabel 1 dapat dilihat bahwa rerata
persentase tumbuh eksplan buah Naga
tertinggi pada perlakuan Kontrol, N0 K3,
N0,2 K4, N0,4 K0, N0,4 K3 dan N0,4 K4 yaitu
100%. Perlakuan ini tidak berbeda nyata
dibanding perlakuan lain N0,2 K0 dan N0,2
K3, kecuali dengan perlakuan N0 K4
berbeda nyata. Pada parameter ini terlihat
bahwa 6 interaksi perlakuan menunjukkan
rata-rata eksplan persentase tumbuh yang
tinggi dengan persentase tumbuh 100%.
Hal ini disebabkan karena
pemberian Auksin dan Sitokonin secara
eksogen maupun endogen mampu menjadi
pemicu dalam pertumbuhan dan
perkembangan jaringan. Untuk perlakuan
kontrol, hormon endogen mampu
memberikan reaksi pertumbuhan yang
baik, karena dibantu oleh hormon alami
berupa IAA dan IBA yang sudah terdapat
dalam eksplan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lestari (2011) bahwa
penambahan Auksin atau Sitokinin ke
dalam media kultur dapat meningkatkan
konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen
di dalam sel, sehingga menjadi “faktor
pemicu” dalam proses tumbuh dan
‘Dia Tidak mengajarimu Bagaimana cara untuk sempurna Tapi dia mengajarkan banyak hal Tentang bagaimana nikmatnya bersyukur. Karena dengan bersyukur Engkau akan bahagia”
Minggu, 08 Mei 2016
Auksin
Auksin sintetik seperti NAA dan
2,4-D biasanya lebih efektif daripada IAA
karena NAA dan 2,4-D tidak dirusak oleh
IAA oksidase atau enzim lain sehingga
dapat bertahan lebih lama dan lebih stabil,
sedangkan penggunaan BAP dan Kinetin
dalam percobaan kultur jaringan sering
digunakan karena lebih murah dan tahan
terhadap degradasi (Wattimena, 1988).
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode eksperimen
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
faktorial 3 x 3. Faktor pertama (N) adalah
NAA yang terdiri dari 3 taraf yaitu : 0
ppm, 0,2 ppm dan 0,4 ppm. K faktor kedua
adalah Kinetin yang terdiri dari 3 taraf
yaitu: 0 ppm, 3 ppm dan 4 ppm. Masing-
masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali
dengan 9 kombinasi perlakuan sehingga
didapat 36 unit percobaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Tumbuh
Tabel 1. Rerata Persentase Tumbuh Eksplan Buah Naga (Hylocereus costaricensis) dengan
Perlakuan NAA dan Kinetin
Kombinasi Perlakuan NAA dan Kinetin (ppm) Persentase Tumbuh (%)
Kontrol 100 a
N0 K3 100 a
N0 K4 50 b
N0,2 K0 87,5 a
N0,2 K3 87,5 a
N0,2 K4 100 a
N0,4 K0 100 a
N0,4 K3 100 a
N0,4 K4 100 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT
5%
Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa NAA dan Kinetin
berpengaruh nyata terhadap persentase
tumbuh eksplan buah Naga (Hylocereus
costaricensis). Berdasarkan data pada
Tabel 1 dapat dilihat bahwa rerata
persentase tumbuh eksplan buah Naga
tertinggi pada perlakuan Kontrol, N0 K3,
N0,2 K4, N0,4 K0, N0,4 K3 dan N0,4 K4 yaitu
100%. Perlakuan ini tidak berbeda nyata
dibanding perlakuan lain N0,2 K0 dan N0,2
K3, kecuali dengan perlakuan N0 K4
berbeda nyata. Pada parameter ini terlihat
bahwa 6 interaksi perlakuan menunjukkan
rata-rata eksplan persentase tumbuh yang
tinggi dengan persentase tumbuh 100%.
Hal ini disebabkan karena
pemberian Auksin dan Sitokonin secara
eksogen maupun endogen mampu menjadi
pemicu dalam pertumbuhan dan
perkembangan jaringan. Untuk perlakuan
kontrol, hormon endogen mampu
memberikan reaksi pertumbuhan yang
baik, karena dibantu oleh hormon alami
berupa IAA dan IBA yang sudah terdapat
dalam eksplan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lestari (2011) bahwa
penambahan Auksin atau Sitokinin ke
dalam media kultur dapat meningkatkan
konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen
di dalam sel, sehingga menjadi “faktor
pemicu” dalam proses tumbuh dan
Ramadhan seru di Danau kaca, desa Lempur, Kec. Gunung Raya, Sungai Penuh, Prov. Jambi
Catatan perjalanan:
Rabu, 16 Juli 2014 pukul 09.30Sambil menyelam, foto selfie.. Mungkin itu kata yang cocok di ungkapkan untuk mengisi hari-hari KKN di bulan Ramadhan tahun ini.Ya, ramadhan ini kami mahasiawa Universitas Andalas dihadapkan oleh Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang memang rutin di lakukan setahun sekali. KKN merupakan kegiatan Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat yang bertujuan untuk mengimplementasikan bidang ilmu mahasiswa yang di dapat selama melakukan studi di universitas serta menyelesaikan masalah sosial masyarakat dan meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.Selain hal tersebut di atas, mahasiswa juga dapat mempelajari budaya lokal masyarakat, wisata dan kawasan konservasi.
Rabu pagi selesai makan sahur, kami berkemas mempersiapkan tenda, kompor, parang, matras dll. Pukul 7 pagi, dari sebuah rumah kecil di kaki gunung api tertinggi di Indonesia, saya dan 4 rekan kkn saya berangkat mengendarai motlr menuju ke lokasi yg tertera pada situs Unesco yang santer terdengar sejak awal tahun ini. Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan yang eksotis dan memanjakan mata penglihatnya. Pepohonan yang rindang, warna-warni bunga dan pemandangan indah kawasan berbukit menambah nikmatnya pagi di ramadhan ini. Di leter W, tepatnya di perbatasan provinsi, kami tercengang dengan keindahan warna daun berwarna merah dari pohon Cinnamomum burmanii (kayu manis). Karena keindahannya menyerupai bunga sakura yang ada di Jepang yang bersemi setiap bulan April itu, kami menyempatkan diri untuk sejenak beristirahat dan berfoto dibawah sakura evergreen itu. Puas memang puas, namun tujuan perjalanan kami terasa masih panjang. Kami melanjutkan perjalanan, menempuh tikungan tajam dan jalanan berdebu.
Langganan:
Postingan (Atom)