cinta Dalam Hati
Pasha
terkejut dengan tepukan dipundaknya. Ia menoleh kebelakang dan dilihatnya Ramos
dan Toni berdiri di belakang.
“Sejak kapan kalian berada disini!!”
Pasha terlihat heran.
“Hmmm..
baru aja.” Jawab Toni. Matanya terlihat melirik kearah Ramos. Mereka bertiga
berada di depan papan pengumuman siswa yang diterima SMA Negeri favorit di
daerah mereka. Ratusan calon siswa berkumpul di depan papan pengumuman tersebut
guna melihat dan memastikan apakah nama mereka tercantum disana. Tak terkecuali
Pasha, Toni, dan Ramos.
“Mos..
coba kamu liat nama kita, keluar atau engga?” Toni mendorong Ramos dengan
semangat. Ramos menyusup diantara kerumunan orang-orang di depan pengumuman itu
dan langsung menuju barisan paling depan. Tak lama kemudian, ia kembali ke
tempat Pasha dan Toni berada dengan wajah semringah.
“Kitaaa
diterimaa...” Teriak Ramos sambil memeluk keduanya.
“Toni urutan 46 dan kamu
urutan 118 sha..” Tambahnya.
“Truss.. Kamu??” Pasha
penasaran.
“Hehee.. Aku urutan 2.” Jawab
Ramos dengan lugunya. “Waaaahh... hebaat... Selamat yaa...” Pasha sekali lagi
memeluk Ramos. Namun Toni dan Pasha belum puas jika belum melihatnya sendiri.
Akhirya mereka berdua berlari
ke depan pengumuman dan mendapati nama mereka di pengumuman tersebut. Setelah
puas, merekapun kembali ke tempat Ramos berada.
“Gimana?? Benar kan!!” Ramos
mengedipkan matanya.
“Ia.. ia.. kita diterima. Ayuk
lihat waktu dan tata cara pendaftaran ulangnya.” Jawab Toni sambil menarik
tangan Pasha dan Ramos menuju mading sekolah. Selesai itu, merekapun pulang
bersama-sama karna rumah mereka sejalan.
Dua minggu setelah
pengumuman... Tahun ajaran barupun dimulai dan dibuka dengan Masa Orientasi
Peserta Didik (MOPD), tentunya setelah dilakukan pendaftaran ulang. Para siswa
baru menjalani MOPD selama 5 hari diawali dengan pembukaan di hari minggu dan
penutupan dihari kamis. Masa-masa orientasi dijalani dengan penuh suka duka
oleh Pasha dan para siswa lainnya. Dalam penentuan lokal, Pasha terpisah dengan
Toni dan Ramos. Ia berada di lokal 2, sementara Ramos dan Toni berada di lokal
1. Untuk kelas satu, sekolah tersebut memiliki 8 lokal. Dan untuk kelas dua dan
tiga masing-masing memiliki 7 lokal yang terdiri dari 2 lokal jurusan IPA dan 5
lokal jurusan IPS. Pada acara penutupan MOPD, diadakan penampilan bakat dan
pemilihan KING and QUEEN. Tiap-tiap lokal bersaing menampilkan kreatifitas
mereka masing-masing demi mendapatkan nilai terbaik dari juri yaitu
senior-senior kelas 2 dan 3 yang terdiri dari anggota OSIS, PMR, dan Pramuka.
Pada saat pemilihan KING and
QUEEN, Pasha baru menyadari bahwa ada seorang teman SMP nya tampil menjadi
QUEEN, sebagai kandidat untuk lokal 6. Namanya Ririen. Ia adalah teman sekelas
Pasha di smp dulu. Pertemuan mereka berawal ketika Pasha pindah ke sekolah
Ririen dan mendapatkan kelas yang sama dengan Ririen. Saat itu mereka masih
kelas 2 smp. Ketika naik ke kelas 3, Ririen dan Pasha terpisah kelas karena
seleksi yang dilakukan oleh sekolah mereka. Ririen berada di lokal 7, sementara Pasha berada di lokal 6.
Meskipun berbeda lokal, interaksi mereka tatap tarjaga. Sesekali Pasha
menghubungi Ririen guna menanyakan kabar atau tugas. Di sekolah, tak jarang
mereka sering juga berkumpul bersama teman-teman lainnya untuk makan bareng di
kantin sekolah.
Pasha terdiam dan terpaku
melihat keanggunan Ririen di depan para juri dan taman-teman lainnya. Ia merasa
bahwa Ririen dan pasangan duetnyalah yang akan terpilih menjadi KING and QUEEN
tahun ini. Terdengar sorak-sorak kegembiraan para siswa di sore itu. Akhirnya,
para juri mengumumkan pemenang KING and QUEEN tahun ini. Pasha tersentak karena
pemenangnya bukanlah dari lokal Ririen melainkan dari lokal 5. Dengan
terpilihnya KING and QUEEN tahun ini, maka berakhirlah rangakaian acara MOPD di
sekolah Pasha. Para siswa berkumpul dan bersalaman dengan senior dan beberapa
guru sebelum pulang.
Di parkiran sekolah, Pasha,
Toni, dan Ramos bertemu dengan Ririen. Toni dan Ramos memang tidak begitu kenal
dengan Ririen.
“Hai Ririen...” Sapa Pasha
seraya berjalan mendekati Ririen.
“Haaaiii... Passhaaa... Kamu
disini juga?” Ririen membalasnya dengan penuh kebahagiaan dan muka yang
memerah.
“Iaa.. Aku disini. Oya kenalin
nih teman-teman aku, Toni dan Ramos.” Ungkap Pasha.
“Pashaaa...” Desah Ririen.
“Hmm.. Ia riin!!”
“Boleh ngga aku minta tolong?”
“Minta tolong apaan rin!!”
“Helm Ririen hilang... Tadi
kunci motor tertinggal di jok, untung cuma helmnya yang hilang...” Ririen
terlihat sedih. “Yaa ampun.. kok bisa rin?” Pasha menunjukkan ekspresi syook.
“Ririen lupa tadi sha.. tolong
beliin helm ya, Ririen ngga tahu dimana ada toko helm disini..”
“Ok. Ririen tunggu disini
yaa.. biar Pasha beliin helm dulu.” Segera Ia berlari mengambil motornya yang
berjarak beberapa meter dari motor Ririen.
“Ciee... ciee... seneng banget
tuuuh.” Toni dan Ramos meledek keduanya secara bersamaan. Wajah Ririen terlihat
memerah. Detik lain, Pasha
telah melesat dengan Satria FU nya untuk mencari toko helm.
“Rin, kami pulang duluan ya..”
Toni dan Ramos berpamitan dengan gadis imut dan berkulit putih itu.
“Iaa.. hati-hati yaa..” Sahut
Ririen. Tak berapa lama, Pasha datang dengan membawa helm yang dijanjikannya
untuk Ririen.
“Pashaa.. maaf udah
ngerepotin.” Keluh Ririen. “Ngga pa-pa Rien, itulah gunanya teman.” Sanggah
pasha sambil memberikan helm kepada Ririen. “Ririen langsung pulang?”
Tambahnya.
“Iaa sha.. Kenapa?”
“Ya udah kita bareng aja.”
“Hmm.. iaah.” Ririen
mengangguk. Mereka berduapun meninggalkan sekolah dan pulang bersamaan. Diatas
motornya, Pasha teringat akan Toni dan Ramos. Ya ampun.. aku melupakan mereka berdua. Kemana ya Toni dan Ramos?
Apakah mereka telah pulan duluan?! Ya sudahlah.. besok juga beretemu dengan
mereka. Anak muda itu menutup kaca helmnya dan fokus dengan kemudi
motornya. Disebuah gang kecil, Ririen berbelok dan memasuki gang tersebut. Ia
terlihat melambaikan tangan kirinya dan dibalas oleh Pasha dengan lambaian
tangan pula.
Di rumah, Selesai shalat
magrib, Pasha menyiapkan buku-buku untuk keperluan sekolah. Kemudian
dilanjutkan dengan makan malam dan shalat isya. Selesai shalat, ia membaringkan
tubuhnya di kasur sambil menatap ke arah langit-langit kamarnya. Matanya
menerawang jauh membayangkan wajah Ririen. Dalam lamunannya, ia terlelap.
Pasha keluar dari kelasnya dan
mendapati Ririen telah berada di depannya bersama seorang guru perempuan.
“Eh Ririen..!!”
“Ia pashaa... ini aku.”
“Kok ada disini?? Ehh..
ibuuk.” Pasha menjabat tangan guru yang bersama Ririen tersebut.
“Aku dipindahin ke lokal 2 ini
sha..”
“Ia rin?? Beneran?? Wah.. kita
selokal nih ceritanya?”
“Ia Pasha.. Ririen dipindahin
ke lokal 2 ini karena kuota untuk lokal 6 berlebih.” Sambung Bu guru sekaligus
menjawab tanda tanya dihati Pasha.
“Ya sudah.. Ibuk tinggal ya
Rin, baik-baik di lokal ini ya.” Tambah Bu guru seraya mengusap kepala Ririen
kemudian berlalu meninggalkan dua remaja tersebut menuju ke ruang majelis guru.
“Ayo Rin, masuk ke kelas. Biar
Pasha cariin tempat duduk buat Ririen!”
“Iaa Pasha.. makasi yaa. Aku
senang bisa ketemu lagi sama kamu. Sekelas lagi.” Ririen tersenyum bahagia
dengan mata yang berkaca-kaca. Sementara Pasha hanya bisa tertunduk malu dan
tersentuh oleh kata gadis itu.
Semenjak kepindahan Ririen ke
lokal Pasha, mereka selalu menjalani hari-hari berdua. Saling melengkapi dengan
canda dan tawa. Kebersamaan yang mereka jalani berdua menjadikan mereka semakin
dekat dan tak jarang teman-teman selokal juga sering menjaili mereka seperti
sepasang kekasih.
“Pashaaa... Temenin Ririen ke
kantin yuukk... Ririen males jalan ke kantin sendirian. Yaa...yaa.. temenin
yaaa!”
“Iya Rin, tunggu bentar ya..
Pasha ngumpul tugas dulu ke Ibuk. Setelah itu baru kita ke kantin. Ok.”
“Siip... tapi aku ikut ya
ngantar tugasnya?”
“Ok. Yuk kita cari Ibuk.”
Mereka berjalan berdua menuju ruang majelis guru dan kemudian lanjut ke kantin.
Pasha menatap kebahagiaan di mata Ririen. Entah itu hanya prasangkanya atau
memang kenyataan, ia tak tahu. Yang ia tahu hayalah merasa ada yang berbeda
ketika ada disamping Ririen. Sepertinya, badai cinta telah menerpa jiwanya.
Hari-harinya terasa lebih indah dari sebelumnya.
Ririen bergegas keluar kelas,
seketika setelah Bu guru keluar. Ia terlihat begitu tergesa-gesa menuju ke
gerbang sekolah. Disana telah menunggu seorang pria diatas Yamaha Vixion.
Setelah berbincang-bincang sejenak, Ririen dan pria tersebut mengalami
pertengakaran kecil dan diakhiri dengan perginya Ririen ke parkiran. Dengan
segera, ia memutar balik motornya dan langsung tancap gas meninggalkan pria
tersebut. Pasha yang mengetahui hal itu, merasa ada hal aneh yang terjadi pada
Ririen. Pasha tahu bahwa pria itu adalah kekasih Ririen. Ririen telah terkebih
dahulu berpacaran dengan pria itu sejak kelas 2 smp. Ia kurang mengetahui
tentang tindak lanjut hubungan antara Ririen dengan priia itu. Yang ia tahu
hanyalah, pria itu bernama Riyan. Dan umur Riyan lebih tua lima tahun dari
Ririen. Serta satu hal lagi yang ia ketahui tentang pria itu adalah bahwa
mereka tinggal di kompleks yang sama. Kira-kira 1 kilometer jarak rumah
keduanya.
Sambil melangkah menuju
parkiran, menyahuti beberapa temannya, tiba-tiba saja sebuah pertanyaan
melenting dibenaknya. Ririen memang tak
pernah menceritakan dan mengungkuit-ungkit hal ini jika sedang bersamaku. Apa
sebenarnya yang terjadi antara ia dan kekasihnya? Mungkin bisa kutanyakan
besok.
Selesai sarapan pagi, Pasha
segera menaiki Satria FU kesayangannya dan berpamitan kepada kedua orangtuanya
untuk berangkat ke sekolah. Sesampainya disekolah, dengan segera ia memarkir
motor kesayangannya di tempat parkir
kesukaannya, yaitu di bawah pohon mahoni yang sengaja ditanam oleh pihak
sekolah untuk berteduh bagi motor-motor yang terparkir di bawahnya. Selesai
memarkir kendaraannya, iapun bergegas lari menuju ke kelas. Ia tahu bahwa hari
ini jadwal ia piket kelas.
Pukul setengah delapan, serine
tanda masuk sekolah berbunyi. Para siswa memasuki lokal mereka masing-masing.
Pasha yang baru saja selesai menyiram bunga di depan kelasnya, juga masuk ke
kelas dan duduk sembari menunggu guru fisikanya datang. Matanya jelalatan
mencari sosok Ririen diantara teman-temannya. Sesekali ia berdiri di pintu dan
melihat-lihat ke arah gerbang sekolah. Tak lama setelah itu, dilihatnya sosok
gadis yang ditungguya dengan setengah berlari, muncul bersamaan dengan para
siswa lain. Hati Pasha terasa lega sesaat setelah lama menunggu, dan akhirnya,
yang dinantinya datang dengan penuh keanggunan. Hal itu terlihat dari mimik
wajah Pasha yang melayangkan senyuman kepada Ririen dan gadis itu membalasnya
seraya melambaikan tangan.
Ketika jam istirahat, seperti
biasanya Ririen selalu meminta Pasha untuk menemaninya ke kantin. Tanpa
menolak, Pasha menerima ajakan gadis itu dengan segera. Terbesit dalam
pikirannya untuk menanyakan perihal yang ia lohat kemarin sepulang sekolah.
Pasha dan Ririen duduk di tangga perpustakaan sekolah dan ditemani oleh semilir
angin yang datang dari balik pohon yang ada di depan mereka.
Mungkin.. inilah waktu yang tepat untukku menanyakan apa sebenarnya yang
terjadi diantara Ririen dan Riyan.
“Hmm... Rien, Bolehkah aku
bertanya sesuatu hal padamu??”
“Eh.. Apa sha? Pasha mau tanya
apa?” Ririen terlihat gugup. “Apa yang sedang terjadi antara kamu dengan Riyan?
Maaf sebelumnya Rin, siapa tahu aku bisa membantu.”
”Se.. sebenarnya aku sudah
putus dengan Riyan semenjak 2 minggu sebelum Ujian Nasional smp dulu. Tapi dia
meminta untuk balikan lagi denganku. Jujur, untuk saat ini aku masih belum terfikir
untuk pacaran.” Tegas gadis itu sembari menghela nafas.
“Waaahh.. kalau gitu bisa
doong Pasha mendaftar jadi.........” Candanya sambil melirik ke arah Ririen.
“Iiicchh... jadi apaaa??”
Ririen mencubit Pasha yang tak sempat lagi untuk menghindar.
“Aaaww... Sakiit Rien... Cuma
becanda jugaa.”
“Iiaaa... Pasha tuuu... Orang
serius juga... eh malah dibecandain. Heeheehee... Hayyoo... mau lagi??”
“Eeehh... jangaaan... Piiisss
yaaa..” Pinta anak muda itu seraya memetik mawar
yang ada di sampingnya untuk diberikan kepada Ririen.
“Bunga yang indah... Khusus
untuk sahabat terindah.” Ucap Pasha sekaligus memberikannya kepada Ririen.
“Iiihh... Pasha sok romantis
niihh!” Ririen menerima bunga pemberian sahabatnya itu seraya membaui bunga
berwarna pink tersebut. Matanya menatap dalam mata anak muda itu. Jantungnya
berdegup tenang. Ada sentakan kecil di dadanya. Ya, hanya Pasha yang mampu
membuatnya merasa sebahagia ini dengan ketulusan dan perhatian yang diberikan
anak muda itu kepadanya. Meskipun Pasha tahu bahwa sesungguhya ia telah
memiliki kekasih. Namun Pasha tak pernah berbeda memandang Ririen.
Pashaa.. tahukah kamu, kalau... kalau ada sesuatu yang kupendam terhadap
dirimu? Ungkap Ririen
dalam hatinya.
Suara sirine tanda masukpun
memecah keheningan diantara keduanya.
Di rumahnya, di dalam kamar.
Pasha masih duduk diatas sajadah. Doa sudah ditunaikan. Beberapa hal tentang
Ririen telah terungkap. Ya, aku memang
telah lama memendam perasaan pada Ririen. Tapi, apakah mungkin? Sepertinya,
“Cinta Dalam Hatiku” telah terpaut untuknya.
Anak muda berambut lurus itu bangkit, melipat
sajadah, dan menyambar telephone genggam yang ada diatas tempat tidurnya. Ia
berencana untuk menghubungi Ririen. Namun, tiba-tiba handphonenya berdering. Dilihatnya layar handphone, tercantum nama Ririen menghubunginya.
“Assalamualaikum! Ia Rin, ada
apa?”
“Waalaikumsalam, lagi sibuk ya ?”
“Enggak, enggak..Ada apa Rien?”
“Kok tanyanya gitu sih? Emangnya aku ngga boleh nelfon kamu?!”
Pasha tertawa
pelan. “Jelas boleh Rien.”
Ririen tertawa.
“Pasha bisakah kita bicara besok?”
“Insyaallah bisa. Emang ada apa?”
Pasha memindahkan handphone ke telinga sebelah kirinya. “Sebaiknya besok saja
kita bicarakan. Sepertinya ngga asyik kalau dibicarakan melalui telephone. Sudah
waktunya untuk istirahat.Sudah malam juga pun.” Balas Ririen.
“Hmm.. Ok Rien. Besok kita bicara di
tempat biasa aja ya. Oya, jangan lupa berdoa dulu nanti sebelum tidur!”
“Iaa.. Pashaa.. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Setelah telfon tersebut terputus,
Pasha menarik nafas dan segera beranjak menuju ke kamar mandi lalu berwudhu.
Memang sudah menjadi kebiasaan Pasha untuk berwudhu sebelum tidur.
Di sekolah, tepat jam istirahat.
Ririen dan Pasha segera bertemu di tempat yang telah mereka rencanakan.
Keduanya saling bertatapan. Tak tahu siapa yang harus memulai terlebih dahulu?
Apa kata yang harus diucapkan? Mereka terhanyut oleh rasa nyaman ketika
bersama. Saat senang, suka, maupun duka telah mrereka lalui berdua. Lama mereka
terdiam, hingga akhirnya Pasha terlebih dahulu memulai pembicaraan.
“Ririen kok Cuma diam? Tadi malam
katanya mau bicarain sesuatu! Ayo donk bicara..ntar keburu masuk lagi.."
“Hmm.. Pasha pernah ngga merasa
nyaman bila berada disamping seaeorang?”
“Tentu pernah Rien.. Buktinya, Pasha
sekarang nyaman berada disamping kamu.” Sorot mata Pasha memandang jauh kepada
Ririen.
“Ririen pernah dengar, jika kita
saying sama seseorang maka kita akan merasa tenang dan nyaman bila berada
disamping orang yang kita sayangi. Bagaimana menurut Pasha??”
“Memang benar apa yang kamu katakan.
Oya, tahu lagunya Ungu ngga? Yang judulnya cinta dalam hati?”
“Ia sha aku tahu. Itu kan lagu yang
sering kamu nyanyiin di kelas! Bahkan nada sambung pribadimupun lagu itu juga
kan?”
Pasha tertawa.
“Lagu itu merupakan suatu isyarat bahwa jika kita menyanyangi seseorang, kita
tidak perlu terlalu cepat mengungkapkannya. Cukup hati kita yang mengungkapkan
dan pasti akan indah nantinya.”
“Tapi, jika kita tidak
mengungkapknya, apakah hati kita tidak akan terbebani?”
“Nah.. itulah gunanya menjaga hati.
Jika hati kita telah terkait dengan perasaan sayang pada seseorang, maka kita
perlu mengontrol hati kita sehingga kita tak merasa terbebani oleh perasaan
yang membelunggu itu. Seandainya ALLAH mengizinkan, maka orang yang kita
sayangi pasti akan merasakan apa yang ada dalam isi hati kita.”
“Oooo.. gitu ya! Mungkin aku perlu
belajar banyak dari kamu. Terima kasih ya kamu telah menjadi bagian dari hati
aku dan aku berharap kamu bisa singgah dan selalu temani hatiku.” Ririen
tertunduk dan mukanya memerah. Ia merasakan kebahagiaan yang tiada tara jika
bersama Pasha.
“Iaa.. Rien.. Aku juga merasa
demikian, aku ingin selalu di hatimu dan menjadi hal terindah seumur hidupmu.”
Pasha tersenyum seraya mengusap kepala yang tertutup jilbab itu dengan lembut.
Hatinya bahagia. Cinta yang ia jaga dalam hatinya selama ini tak sia-sia.
Anak muda tampan itu menengadah,
manatap langit siang yang cerah. Ada cahaya indah dimata langit.
“Terma kasih, ya ALLAH…” Ungakapnya
dalam hati.
BIODATA NARASI:
Nama Bambang Nurwanto S. yang
sekarang masih duduk di bangku kuliah di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, kampus UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG, SUMATERA BARAT.
Terlahir sebagai anak pertama dari 3 bersaudara pada 30 September 1993 di
Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Yang allhamdulillah beragama
Islam. Dengan hobi adalah bermain bola, music, adventure, serta menulis. Hal
yang paling disukai adalah menyesuaikan diri dengan alam beserta isinya.
Bergolongan darah B. Alamat E-mail b4mbang.nurs@gmail.com.
Keinginan terbesar saya di dunia adalah membahagiakan orang tua, memiliki perkebunan anggur dan mati dalam
keadaan khusnul khatimah.