Senin, 07 Oktober 2013

Cerpen Cinta Dalam Hati

cinta Dalam Hati



            Pasha terkejut dengan tepukan dipundaknya. Ia menoleh kebelakang dan dilihatnya Ramos dan Toni berdiri di belakang.
            “Sejak kapan kalian berada disini!!” Pasha terlihat heran.
            “Hmmm.. baru aja.” Jawab Toni. Matanya terlihat melirik kearah Ramos. Mereka bertiga berada di depan papan pengumuman siswa yang diterima SMA Negeri favorit di daerah mereka. Ratusan calon siswa berkumpul di depan papan pengumuman tersebut guna melihat dan memastikan apakah nama mereka tercantum disana. Tak terkecuali Pasha, Toni, dan Ramos.
            “Mos.. coba kamu liat nama kita, keluar atau engga?” Toni mendorong Ramos dengan semangat. Ramos menyusup diantara kerumunan orang-orang di depan pengumuman itu dan langsung menuju barisan paling depan. Tak lama kemudian, ia kembali ke tempat Pasha dan Toni berada dengan wajah semringah.
            “Kitaaa diterimaa...” Teriak Ramos sambil memeluk keduanya.
“Toni urutan 46 dan kamu urutan 118 sha..” Tambahnya.
“Truss.. Kamu??” Pasha penasaran.
“Hehee.. Aku urutan 2.” Jawab Ramos dengan lugunya. “Waaaahh... hebaat... Selamat yaa...” Pasha sekali lagi memeluk Ramos. Namun Toni dan Pasha belum puas jika belum melihatnya sendiri. Akhirya mereka berdua berlari ke depan pengumuman dan mendapati nama mereka di pengumuman tersebut. Setelah puas, merekapun kembali ke tempat Ramos berada.
“Gimana?? Benar kan!!” Ramos mengedipkan matanya.
“Ia.. ia.. kita diterima. Ayuk lihat waktu dan tata cara pendaftaran ulangnya.” Jawab Toni sambil menarik tangan Pasha dan Ramos menuju mading sekolah. Selesai itu, merekapun pulang bersama-sama karna rumah mereka sejalan.

Dua minggu setelah pengumuman... Tahun ajaran barupun dimulai dan dibuka dengan Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD), tentunya setelah dilakukan pendaftaran ulang. Para siswa baru menjalani MOPD selama 5 hari diawali dengan pembukaan di hari minggu dan penutupan dihari kamis. Masa-masa orientasi dijalani dengan penuh suka duka oleh Pasha dan para siswa lainnya. Dalam penentuan lokal, Pasha terpisah dengan Toni dan Ramos. Ia berada di lokal 2, sementara Ramos dan Toni berada di lokal 1. Untuk kelas satu, sekolah tersebut memiliki 8 lokal. Dan untuk kelas dua dan tiga masing-masing memiliki 7 lokal yang terdiri dari 2 lokal jurusan IPA dan 5 lokal jurusan IPS. Pada acara penutupan MOPD, diadakan penampilan bakat dan pemilihan KING and QUEEN. Tiap-tiap lokal bersaing menampilkan kreatifitas mereka masing-masing demi mendapatkan nilai terbaik dari juri yaitu senior-senior kelas 2 dan 3 yang terdiri dari anggota OSIS, PMR, dan Pramuka.
Pada saat pemilihan KING and QUEEN, Pasha baru menyadari bahwa ada seorang teman SMP nya tampil menjadi QUEEN, sebagai kandidat untuk lokal 6. Namanya Ririen. Ia adalah teman sekelas Pasha di smp dulu. Pertemuan mereka berawal ketika Pasha pindah ke sekolah Ririen dan mendapatkan kelas yang sama dengan Ririen. Saat itu mereka masih kelas 2 smp. Ketika naik ke kelas 3, Ririen dan Pasha terpisah kelas karena seleksi yang dilakukan oleh sekolah mereka. Ririen berada di lokal 7, sementara Pasha berada di lokal 6. Meskipun berbeda lokal, interaksi mereka tatap tarjaga. Sesekali Pasha menghubungi Ririen guna menanyakan kabar atau tugas. Di sekolah, tak jarang mereka sering juga berkumpul bersama teman-teman lainnya untuk makan bareng di kantin sekolah.
Pasha terdiam dan terpaku melihat keanggunan Ririen di depan para juri dan taman-teman lainnya. Ia merasa bahwa Ririen dan pasangan duetnyalah yang akan terpilih menjadi KING and QUEEN tahun ini. Terdengar sorak-sorak kegembiraan para siswa di sore itu. Akhirnya, para juri mengumumkan pemenang KING and QUEEN tahun ini. Pasha tersentak karena pemenangnya bukanlah dari lokal Ririen melainkan dari lokal 5. Dengan terpilihnya KING and QUEEN tahun ini, maka berakhirlah rangakaian acara MOPD di sekolah Pasha. Para siswa berkumpul dan bersalaman dengan senior dan beberapa guru sebelum pulang.

Di parkiran sekolah, Pasha, Toni, dan Ramos bertemu dengan Ririen. Toni dan Ramos memang tidak begitu kenal dengan Ririen.
“Hai Ririen...” Sapa Pasha seraya berjalan mendekati Ririen.
“Haaaiii... Passhaaa... Kamu disini juga?” Ririen membalasnya dengan penuh kebahagiaan dan muka yang memerah.
“Iaa.. Aku disini. Oya kenalin nih teman-teman aku, Toni dan Ramos.” Ungkap Pasha.
“Pashaaa...” Desah Ririen.
“Hmm.. Ia riin!!”
“Boleh ngga aku minta tolong?”
“Minta tolong apaan rin!!”
“Helm Ririen hilang... Tadi kunci motor tertinggal di jok, untung cuma helmnya yang hilang...” Ririen terlihat sedih. “Yaa ampun.. kok bisa rin?” Pasha menunjukkan ekspresi syook.
“Ririen lupa tadi sha.. tolong beliin helm ya, Ririen ngga tahu dimana ada toko helm disini..”
“Ok. Ririen tunggu disini yaa.. biar Pasha beliin helm dulu.” Segera Ia berlari mengambil motornya yang berjarak beberapa meter dari motor Ririen.
“Ciee... ciee... seneng banget tuuuh.” Toni dan Ramos meledek keduanya secara bersamaan. Wajah Ririen terlihat memerah. Detik lain, Pasha telah melesat dengan Satria FU nya untuk mencari toko helm.
“Rin, kami pulang duluan ya..” Toni dan Ramos berpamitan dengan gadis imut dan berkulit putih itu.
“Iaa.. hati-hati yaa..” Sahut Ririen. Tak berapa lama, Pasha datang dengan membawa helm yang dijanjikannya untuk Ririen.
“Pashaa.. maaf udah ngerepotin.” Keluh Ririen. “Ngga pa-pa Rien, itulah gunanya teman.” Sanggah pasha sambil memberikan helm kepada Ririen. “Ririen langsung pulang?” Tambahnya.
“Iaa sha.. Kenapa?”
“Ya udah kita bareng aja.”
“Hmm.. iaah.” Ririen mengangguk. Mereka berduapun meninggalkan sekolah dan pulang bersamaan. Diatas motornya, Pasha teringat akan Toni dan Ramos. Ya ampun.. aku melupakan mereka berdua. Kemana ya Toni dan Ramos? Apakah mereka telah pulan duluan?! Ya sudahlah.. besok juga beretemu dengan mereka. Anak muda itu menutup kaca helmnya dan fokus dengan kemudi motornya. Disebuah gang kecil, Ririen berbelok dan memasuki gang tersebut. Ia terlihat melambaikan tangan kirinya dan dibalas oleh Pasha dengan lambaian tangan pula.
Di rumah, Selesai shalat magrib, Pasha menyiapkan buku-buku untuk keperluan sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan makan malam dan shalat isya. Selesai shalat, ia membaringkan tubuhnya di kasur sambil menatap ke arah langit-langit kamarnya. Matanya menerawang jauh membayangkan wajah Ririen. Dalam lamunannya, ia terlelap.

Pasha keluar dari kelasnya dan mendapati Ririen telah berada di depannya bersama seorang guru perempuan.
“Eh Ririen..!!”
“Ia pashaa... ini aku.”
“Kok ada disini?? Ehh.. ibuuk.” Pasha menjabat tangan guru yang bersama Ririen tersebut.
“Aku dipindahin ke lokal 2 ini sha..”
“Ia rin?? Beneran?? Wah.. kita selokal nih ceritanya?”
“Ia Pasha.. Ririen dipindahin ke lokal 2 ini karena kuota untuk lokal 6 berlebih.” Sambung Bu guru sekaligus menjawab tanda tanya dihati Pasha.
“Ya sudah.. Ibuk tinggal ya Rin, baik-baik di lokal ini ya.” Tambah Bu guru seraya mengusap kepala Ririen kemudian berlalu meninggalkan dua remaja tersebut menuju ke ruang majelis guru.
“Ayo Rin, masuk ke kelas. Biar Pasha cariin tempat duduk buat Ririen!”
“Iaa Pasha.. makasi yaa. Aku senang bisa ketemu lagi sama kamu. Sekelas lagi.” Ririen tersenyum bahagia dengan mata yang berkaca-kaca. Sementara Pasha hanya bisa tertunduk malu dan tersentuh oleh kata gadis itu.
Semenjak kepindahan Ririen ke lokal Pasha, mereka selalu menjalani hari-hari berdua. Saling melengkapi dengan canda dan tawa. Kebersamaan yang mereka jalani berdua menjadikan mereka semakin dekat dan tak jarang teman-teman selokal juga sering menjaili mereka seperti sepasang kekasih.
“Pashaaa... Temenin Ririen ke kantin yuukk... Ririen males jalan ke kantin sendirian. Yaa...yaa.. temenin yaaa!”
“Iya Rin, tunggu bentar ya.. Pasha ngumpul tugas dulu ke Ibuk. Setelah itu baru kita ke kantin. Ok.”
“Siip... tapi aku ikut ya ngantar tugasnya?”
“Ok. Yuk kita cari Ibuk.” Mereka berjalan berdua menuju ruang majelis guru dan kemudian lanjut ke kantin. Pasha menatap kebahagiaan di mata Ririen. Entah itu hanya prasangkanya atau memang kenyataan, ia tak tahu. Yang ia tahu hayalah merasa ada yang berbeda ketika ada disamping Ririen. Sepertinya, badai cinta telah menerpa jiwanya. Hari-harinya terasa lebih indah dari sebelumnya.

Ririen bergegas keluar kelas, seketika setelah Bu guru keluar. Ia terlihat begitu tergesa-gesa menuju ke gerbang sekolah. Disana telah menunggu seorang pria diatas Yamaha Vixion. Setelah berbincang-bincang sejenak, Ririen dan pria tersebut mengalami pertengakaran kecil dan diakhiri dengan perginya Ririen ke parkiran. Dengan segera, ia memutar balik motornya dan langsung tancap gas meninggalkan pria tersebut. Pasha yang mengetahui hal itu, merasa ada hal aneh yang terjadi pada Ririen. Pasha tahu bahwa pria itu adalah kekasih Ririen. Ririen telah terkebih dahulu berpacaran dengan pria itu sejak kelas 2 smp. Ia kurang mengetahui tentang tindak lanjut hubungan antara Ririen dengan priia itu. Yang ia tahu hanyalah, pria itu bernama Riyan. Dan umur Riyan lebih tua lima tahun dari Ririen. Serta satu hal lagi yang ia ketahui tentang pria itu adalah bahwa mereka tinggal di kompleks yang sama. Kira-kira 1 kilometer jarak rumah keduanya.
Sambil melangkah menuju parkiran, menyahuti beberapa temannya, tiba-tiba saja sebuah pertanyaan melenting dibenaknya. Ririen memang tak pernah menceritakan dan mengungkuit-ungkit hal ini jika sedang bersamaku. Apa sebenarnya yang terjadi antara ia dan kekasihnya? Mungkin bisa kutanyakan besok.

Selesai sarapan pagi, Pasha segera menaiki Satria FU kesayangannya dan berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk berangkat ke sekolah. Sesampainya disekolah, dengan segera ia memarkir motor kesayangannya di tempat parkir kesukaannya, yaitu di bawah pohon mahoni yang sengaja ditanam oleh pihak sekolah untuk berteduh bagi motor-motor yang terparkir di bawahnya. Selesai memarkir kendaraannya, iapun bergegas lari menuju ke kelas. Ia tahu bahwa hari ini jadwal ia piket kelas.
Pukul setengah delapan, serine tanda masuk sekolah berbunyi. Para siswa memasuki lokal mereka masing-masing. Pasha yang baru saja selesai menyiram bunga di depan kelasnya, juga masuk ke kelas dan duduk sembari menunggu guru fisikanya datang. Matanya jelalatan mencari sosok Ririen diantara teman-temannya. Sesekali ia berdiri di pintu dan melihat-lihat ke arah gerbang sekolah. Tak lama setelah itu, dilihatnya sosok gadis yang ditungguya dengan setengah berlari, muncul bersamaan dengan para siswa lain. Hati Pasha terasa lega sesaat setelah lama menunggu, dan akhirnya, yang dinantinya datang dengan penuh keanggunan. Hal itu terlihat dari mimik wajah Pasha yang melayangkan senyuman kepada Ririen dan gadis itu membalasnya seraya melambaikan tangan.
Ketika jam istirahat, seperti biasanya Ririen selalu meminta Pasha untuk menemaninya ke kantin. Tanpa menolak, Pasha menerima ajakan gadis itu dengan segera. Terbesit dalam pikirannya untuk menanyakan perihal yang ia lohat kemarin sepulang sekolah. Pasha dan Ririen duduk di tangga perpustakaan sekolah dan ditemani oleh semilir angin yang datang dari balik pohon yang ada di depan mereka.
Mungkin.. inilah waktu yang tepat untukku menanyakan apa sebenarnya yang terjadi diantara Ririen dan Riyan.
“Hmm... Rien, Bolehkah aku bertanya sesuatu hal padamu??”
“Eh.. Apa sha? Pasha mau tanya apa?” Ririen terlihat gugup. “Apa yang sedang terjadi antara kamu dengan Riyan? Maaf sebelumnya Rin, siapa tahu aku bisa membantu.”
”Se.. sebenarnya aku sudah putus dengan Riyan semenjak 2 minggu sebelum Ujian Nasional smp dulu. Tapi dia meminta untuk balikan lagi denganku. Jujur, untuk saat ini aku masih belum terfikir untuk pacaran.” Tegas gadis itu sembari menghela nafas.
“Waaahh.. kalau gitu bisa doong Pasha mendaftar jadi.........” Candanya sambil melirik ke arah Ririen.
“Iiicchh... jadi apaaa??” Ririen mencubit Pasha yang tak sempat lagi untuk menghindar.
“Aaaww... Sakiit Rien... Cuma becanda jugaa.”
“Iiaaa... Pasha tuuu... Orang serius juga... eh malah dibecandain. Heeheehee... Hayyoo... mau lagi??”
“Eeehh... jangaaan... Piiisss yaaa..” Pinta anak muda itu seraya memetik mawar yang ada di sampingnya untuk diberikan kepada Ririen.
“Bunga yang indah... Khusus untuk sahabat terindah.” Ucap Pasha sekaligus memberikannya kepada Ririen.
“Iiihh... Pasha sok romantis niihh!” Ririen menerima bunga pemberian sahabatnya itu seraya membaui bunga berwarna pink tersebut. Matanya menatap dalam mata anak muda itu. Jantungnya berdegup tenang. Ada sentakan kecil di dadanya. Ya, hanya Pasha yang mampu membuatnya merasa sebahagia ini dengan ketulusan dan perhatian yang diberikan anak muda itu kepadanya. Meskipun Pasha tahu bahwa sesungguhya ia telah memiliki kekasih. Namun Pasha tak pernah berbeda memandang Ririen.
Pashaa.. tahukah kamu, kalau... kalau ada sesuatu yang kupendam terhadap dirimu? Ungkap Ririen dalam hatinya.
Suara sirine tanda masukpun memecah keheningan diantara keduanya.

Di rumahnya, di dalam kamar. Pasha masih duduk diatas sajadah. Doa sudah ditunaikan. Beberapa hal tentang Ririen telah terungkap. Ya, aku memang telah lama memendam perasaan pada Ririen. Tapi, apakah mungkin? Sepertinya, “Cinta Dalam Hatiku” telah terpaut untuknya.
Anak muda berambut lurus itu bangkit, melipat sajadah, dan menyambar telephone genggam yang ada diatas tempat tidurnya. Ia berencana untuk menghubungi Ririen. Namun, tiba-tiba handphonenya berdering. Dilihatnya layar handphone, tercantum nama Ririen menghubunginya.
“Assalamualaikum! Ia Rin, ada apa?”
“Waalaikumsalam, lagi sibuk ya ?”
“Enggak, enggak..Ada apa Rien?”
“Kok tanyanya gitu sih? Emangnya aku ngga boleh nelfon kamu?!”
Pasha tertawa pelan. “Jelas boleh Rien.”
Ririen tertawa. “Pasha bisakah kita bicara besok?”
            “Insyaallah bisa. Emang ada apa?” Pasha memindahkan handphone ke telinga sebelah kirinya. “Sebaiknya besok saja kita bicarakan. Sepertinya ngga asyik kalau dibicarakan melalui telephone. Sudah waktunya untuk istirahat.Sudah malam juga pun.” Balas Ririen.
            “Hmm.. Ok Rien. Besok kita bicara di tempat biasa aja ya. Oya, jangan lupa berdoa dulu nanti sebelum tidur!”
            “Iaa.. Pashaa.. Assalamualaikum.”
            “Waalaikumsalam.”
            Setelah telfon tersebut terputus, Pasha menarik nafas dan segera beranjak menuju ke kamar mandi lalu berwudhu. Memang sudah menjadi kebiasaan Pasha untuk berwudhu sebelum tidur.
            Di sekolah, tepat jam istirahat. Ririen dan Pasha segera bertemu di tempat yang telah mereka rencanakan. Keduanya saling bertatapan. Tak tahu siapa yang harus memulai terlebih dahulu? Apa kata yang harus diucapkan? Mereka terhanyut oleh rasa nyaman ketika bersama. Saat senang, suka, maupun duka telah mrereka lalui berdua. Lama mereka terdiam, hingga akhirnya Pasha terlebih dahulu memulai pembicaraan.
            “Ririen kok Cuma diam? Tadi malam katanya mau bicarain sesuatu! Ayo donk bicara..ntar keburu masuk lagi.."
            “Hmm.. Pasha pernah ngga merasa nyaman bila berada disamping seaeorang?”
            “Tentu pernah Rien.. Buktinya, Pasha sekarang nyaman berada disamping kamu.” Sorot mata Pasha memandang jauh kepada Ririen.
            “Ririen pernah dengar, jika kita saying sama seseorang maka kita akan merasa tenang dan nyaman bila berada disamping orang yang kita sayangi. Bagaimana menurut Pasha??”
            “Memang benar apa yang kamu katakan. Oya, tahu lagunya Ungu ngga? Yang judulnya cinta dalam hati?”
            “Ia sha aku tahu. Itu kan lagu yang sering kamu nyanyiin di kelas! Bahkan nada sambung pribadimupun lagu itu juga kan?”
Pasha tertawa. “Lagu itu merupakan suatu isyarat bahwa jika kita menyanyangi seseorang, kita tidak perlu terlalu cepat mengungkapkannya. Cukup hati kita yang mengungkapkan dan pasti akan indah nantinya.”
            “Tapi, jika kita tidak mengungkapknya, apakah hati kita tidak akan terbebani?”
            “Nah.. itulah gunanya menjaga hati. Jika hati kita telah terkait dengan perasaan sayang pada seseorang, maka kita perlu mengontrol hati kita sehingga kita tak merasa terbebani oleh perasaan yang membelunggu itu. Seandainya ALLAH mengizinkan, maka orang yang kita sayangi pasti akan merasakan apa yang ada dalam isi hati kita.”
            “Oooo.. gitu ya! Mungkin aku perlu belajar banyak dari kamu. Terima kasih ya kamu telah menjadi bagian dari hati aku dan aku berharap kamu bisa singgah dan selalu temani hatiku.” Ririen tertunduk dan mukanya memerah. Ia merasakan kebahagiaan yang tiada tara jika bersama Pasha.
            “Iaa.. Rien.. Aku juga merasa demikian, aku ingin selalu di hatimu dan menjadi hal terindah seumur hidupmu.” Pasha tersenyum seraya mengusap kepala yang tertutup jilbab itu dengan lembut. Hatinya bahagia. Cinta yang ia jaga dalam hatinya selama ini tak sia-sia.
            Anak muda tampan itu menengadah, manatap langit siang yang cerah. Ada cahaya indah dimata langit.
            “Terma kasih, ya ALLAH…” Ungakapnya dalam hati.















 
BIODATA NARASI:                                    

Nama Bambang Nurwanto S. yang sekarang masih duduk di bangku kuliah di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, kampus UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG, SUMATERA BARAT. Terlahir sebagai anak pertama dari 3 bersaudara pada 30 September 1993 di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Yang allhamdulillah beragama Islam. Dengan hobi adalah bermain bola, music, adventure, serta menulis. Hal yang paling disukai adalah menyesuaikan diri dengan alam beserta isinya. Bergolongan darah B. Alamat E-mail b4mbang.nurs@gmail.com. Keinginan terbesar saya di dunia adalah membahagiakan orang tua,  memiliki perkebunan anggur dan mati dalam keadaan khusnul khatimah.